"Sebentar lagi, orang-orang akan menghadapi serangan," kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk dikutip dari Euronews, (7/4/2022).
Dia meminta warga sipil untuk segera mengevakuasi diri selagi masih ada waktu.
"Kita tidak akan bisa melakukan apa pun untuk membantu mereka [jika serangan telah dimulai]," kata dia.
Vereshchuk mengatakan para pemimpin di Donetsk dan Luhansk serta Khariv kini berupaya melakukan evakuasi menjelang serangan Rusia.
Sementara itu, Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan situasi Donetsk saat ini tengah memanas.
"Kami dengan kuat menguasai seluruh wilayah, tetapi situasi di semua tempat menegangkan," kata Kyrylenko dikutip dari France24.
Baca: Minta Bisnis dengan Rusia Diakhiri, Anggota DPR: Ada Darah Rakyat Ukraina di Setiap Barel Minyak
Menurutnya, saat ini situasi yang tersulit berada di sekitar Kota Izyum. Diperkirakan ketegangan akan meningkat di sana.
"Musuh mengebom semua tempat, sejumlah tempat di sepanjang jalur kontrol telah dihancurkan dengan pengeboman," kata dia.
Pemerintah Ukraina memperkirakan situasi akan memburuk karena pasukan Rusia berusaha mengepung pasukan Ukraina.
"Saya telah berkata sebelumnya dan akan berkata lagi: warga sipil harus meninggalkan daerah ini sekarang."
Dia mengatakan pemerintah akan memberikan rincian tentang proses evakuasi.
Menurutnya, evakuasi ini tidak bisa dilakukan hanya dalam sehari saja karena ini adalah proses bertahap.
Baca: Rusia Dituding Gunakan Krematorium Berjalan untuk Tutupi Kekejamannya di Ukraina
Kyrylenko mengatakan sudah ada 146.000 orang yang meninggalkan daerah itu pada hari Minggu.
Kemudian, kata dia, ada 700.000 yang masih berada di wilayah yang dikuasai.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada hari Rabu mengatakan Rusia diperkirakan bakal melakukan serangan besar.
"Kami belum melihat tanda-tanda bahwa Presiden Putin telah mengubah ambisinya untuk menguasai seluruh Ukraina dan menggambar ulang perbatasan internasional," kata Stoltenberg dikutip dari BBC.
Rusia telah mengumumkan bahwa Donbas akan menjadi target operasi militer selanjutnya.
Warga sipil dilaporkan mulai meninggalkan Donbas sejak pekan lalu.
Baca: Presiden Ukraina Samakan Perilaku Brutal Tentara Rusia dengan Teroris ISIS
Peringatan untuk meninggalkan Donbas keluar setelah media dunia menyorot peristiwa yang terjadi di Kota Bucha.
Pasukan Rusia diduga melakukan kejahatan perang di Bucha. Ada sejumlah gambar yang memperlihatkan jenazah warga sipil tergeletak di jalanan.
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin membantah hal itu.
Menurutnya, dugaan kejahatan perang di Bucha hanyalah provokasi dari pemerintah Ukraina.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kekejaman terburuk yang dilakukan Rusia mungkin belum terungkap.
Baca: Zelenskiy: Tentara Rusia Melempar Warga Ukraina ke Dalam Sumur hingga Tewas
Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina-Rusia di sini