Meski demikian, Kemenkes terus mewaspadai keberadaan varian kombinasi dari subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 tersebut.
"Kita waspada ya, karena kan baik BA.1, BA.2, dua-duanya sudah ada di Indonesia. Jadi varian XE itu bisa saja ada tapi sampai saat ini belum kita temukan," kata Nadia di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (7/4/2022), dikutip dari Kompas.com.
Nadia mengatakan, subvarian Omicron BA.1 sempat mendominasi di Indonesia pada Januari 2022 lalu saat situasi pandemi di Tanah Air memasuki gelombang ketiga.
Namun, subvarian tersebut kini mulai digantikan oleh subvarian BA.2.
Baca: WHO Laporkan Varian Baru Virus Corona XE, Diduga 10 Persen Lebih Menular daripada Omicron Siluman
Baca: Rusia Klaim Temukan Lab Biologi di Ukraina untuk Eksperimen Sampel Virus Corona dari Kelelewar
Kemenkes kemudian juga mewaspadai kemunculan varian Deltacron, gabungan dari varian Delta dan Omicron, dua varian yang juga terdeteksi di Indonesia.
"Jadi memang potensi itu tetap harus kita waspadai, moga-moga dengan makin tingginya vaksinasi kita, tidak muncul dengan varian baru," kata Nadia.
Varian Covid-19 yang disebut sebagai XE diidentifikasi pertama kali di Inggris pada 22 Maret 2022.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis informasi yang menunjukkan varian XE 10 persen lebih mudah menular daripada BA.2.
Meski demikian, temuan tersebut memerlukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut.
Hingga kini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa varian XE dapat lolos dari vaksin, atau menyebabkan penyakit lebih parah atau bahkan mematikan.