Menurut dua wanita yang menjadi saksi mata, penduduk Ukraina dikirim ke "filtation camps" atau kamp penahanan/pemeriksaan.
"Pada tanggal 15 Maret, pasukan Rusia menyerbu tempat perlindungan kami dan memerintahkan semua wanita dan anak-anak untuk keluar," kata seorang wanita yang bersembunyi di pinggiran Mariupol, dikutip dari The Guardian.
"Orang-orang harus tahu yang sebenarnya, bahwa warga Ukraina dikirim ke Rusia, negara yang menduduki wilayah kami," katanya.
Pejabat Ukraina juga telah menuduh Rusia mengirim beberapa ribu warga Mariupol ke kamp penahanan.
Mereka dipaksa pergi ke Rusia melalui wilayah pemberontak di Ukraina timur yang dikuasai oleh Rusia.
Baca: Ukraina Temukan 410 Mayat di Dekat Kota Kyiv, Rusia Bantah Tuduhan: Itu Provokasi Untuk Media Barat
Namun, juru bicara Rusia, Dmitry Peskov, membantah tudingan itu. Dia mengatakan laporan adanya deportasi paksa tersebut adalah kebohongan.
Kendati demikian, Rusia menyebut sudah ada 420.000 penduduk Ukraina yang dengan sukarela pergi ke Rusia untuk menyelamatkan diri.
Menurut Rusia, mereka berasal dari "wilayah-wilayah berbahaya di Ukraina dan wilayah Republik Donetsk dan Luhansk".
Segera setelah invasi Rusia dimulai, Kota Mariupol mendapat serangan besar dari pasukan Vladimir Putin.
Sejak saat itu, pasukan Rusia dilaporkan menguasai sebagian besar wilayah Mariupol.
Menurut saksi mata tersebut, dia bersama dengan dua atau tiga ratus orang lainnya diangkut dengan bus ke Kota Novoazovsk yang berada di perbatasan.
Baca: Bawa Tentara Ukraina sebagai Sandera, Pasukan Rusia Tinggalkan Chernobyl
"Segera setelah kami sampai di sebuah pemberhentian, kami harus menunggu berjam-jam di dalam bus hingga diperintahkan pergi ke kompleks kamp besar yang setiap orang menyebutnya sebagai 'kamp penahanan'," kata wanita yang menjadi saksi mata.
Satelit Maxar Technology pekan lalu juga memperlihatkan adanya perkemahan di Kota Bezimenne yang berada di dekat Novoazovsk.
Sementara itu, perwakilan dari Republik Donetsk dan Luhansk mengatakan mereka telah mendirikan 30 tenda untuk para penduduk Mariupol
Surat kabar Rossiyskaya Gazeta yang dimiliki pemerintah Rusia turut membenarkan adanya perkemahan di Bezimenne.
Menurut surat kabar itu, telah ada 5.000 penduduk Ukraina yang diperiksa dan diproses di perkemahan.
Pemeriksaan itu disebut dilakukan untuk mencegah masuknya para nasionalis Rusia dengan menyamar sebagai pengungsi.
Baca: Ukraina Bantah Terobos Perbatasan dan Serang Pangkalan Minyak Rusia
Baca: Aktor Sean Penn Desak para Miliarder Belikan Jet Tempur untuk Ukraina
Menurut wanita yang menjadi saksi mata, penduduk kemudian dibawa ke Kota Rostov yang berada sekitar 80 km dari perbatasan Ukraina.
Penduduk kemudian diberi tahu bahwa mereka bakal dibawa ke Kota Vladimir yang berada 160 km dari Moskwa.
Namun, wanita itu memutuskan berpisah dengan kelompok penduduk Ukraina tersebut.
Kepada para penjaga, dia mengatakan memiliki keluarga di kota itu dan kemudian diizinkan pergi.
Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina-Rusia di sini