AS memperkirakan Rusia mengumpulkan lebih dari 150.000 tentara di sekitar Ukraina sebelum melancarkan invasi pada 24 Februari, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/3/2022).
Untuk melancarkan skala penuh, kekuatan tersebut didukung dengan cukup banyak pesawat, artileri, tank dan senjata lainnya.
"Untuk pertama kalinya mereka mungkin hanya sedikit di bawah 90 persen," kata pejabat pertahanan AS kepada wartawan, tetapi enggan disebutkan identitasnya.
Akan tetapi, pejabat AS tersebut tak memberikan bukti atas klaimnya itu.
Mengutip Kompas.com, Rabu (23/3/2022), perang Rusia dan Ukraina sendiri telah berlangsung selama hampir sebulan dan pasukan di bawah perintah Putin gagal merebut kota besar.
Selain itu, kemajuan pasukan Rusia telah dihentikan di hampir semua lini oleh pasukan Ukraina.
Baca: Rusia Hancurkan Laboratorium PLTN Chernobyl yang Tangani Limbah Nuklir
Moskwa kemudian beralih untuk memborbardir kota-kota dengan artileri, rudal, dan bom.
Sebagian besar pengeboman itu difokuskan Kota Mariupol. Pejabat senior AS mengatakan, pasukan angkatan laut Rusia kemungkinan telah membombardir Mariupol dari Laut Azov selama 24 jam terakhir.
Rusia belum secara resmi memperbarui angka korbannya sejak menyatakan pada 2 Maret bahwa 498 prajurit tewas dan 1.597 terluka.
Namun, sejak itu, serangan tersebut mendapat perlawanan berat lebih lanjut dari tentara Ukraina dan pasukan pertahanan sukarela.
Sementara itu, penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan memprediksi bahwa jumlah korban Rusia mencapai ribuan, tetapi negara itu menolak untuk memberikan angka yang pasti, Selasa (22/3/2022).
Baca: Joe Biden Peringatkan Kemungkinan Serangan Siber Rusia, Minta Perusahaan AS Siaga
Saat konflik tersebut memakan korban, AS memperingatkan bahwa Rusia mungkin mencari bantuan dari China.
Akan tetapi, Gedung Putih menyebut bahwa pihaknya belum melihat bukti China menyediakan peralatan militer ke Rusia.
Serangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina telah memaksa lebih dari 3,5 juta orang mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas ke Barat.
Putin menyebut invasinya itu sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina.
Baca: Jokowi Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Buat Pusing Semua Negara
Baca selengkapnya terkait perang Rusia vs Ukraina di sini