Diberi Ultimatum, Ukraina Tolak Serahkan Mariupol kepada Rusia

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang dirilis pada tanggal 19 Maret 2022 oleh satelit Maxar memperlihatkan Gedung Teater Mariupol di Ukraina hancur karena serangan udara Rusia.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ukraina menolak menyerahkan Kota Mariupol meski telah diberi ultimatum oleh Rusia.

Rusia telah meminta pasukan Ukraina yang ada di Mariupol untuk meletakkan senjata mereka paling lambat hari Senin pukul 5.00 pagi waktu Moskwa.

Mariupol sendiri sudah dikepung oleh pasukan Rusia selama hampir empat pekan.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan tidak akan ada kata menyerah.

"Tidak ada pembicaraan mengenai penyerahan diri dan peletakan senjata," kata Vereshchuk dikutip dari The Guardian, Senin (21/3/2022).

Dia mengatakan Rusia lebih baik membuka koridor kemanusiaan daripada meminta Mariupol menyerah.

Pada hari Minggu malam, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev yang menjabat sebagai Direktur Pusat Manajemen Pertahanan Rusia menyarankan pasukan Ukraina menyerah.

"Bencana kemanusiaan yang mengerikan telah muncul. Semua yang meletakkan senjata dijamin bisa keluar dari Mariupol dengan aman," kata Mizintsev.

Baca: Penari Balet Terkenal Ukraina Artyom Datsishin Tewas Ditembak Militer Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menghadiri konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris di Kyiv, 1 Februari 2022 (PETER NICHOLLS / POOL / AFP)

Mizintsev mengatakan koridor kemanusiaan untuk warga sipil akan dibuka di Mariupol hari Senin pukul 10.00 waktu Moskwa.

Rusia dan Ukraina saling melempar kesalahan karena koridor kemanusiaan gagal dibuka pada beberapa minggu belakangan.

Mizintsev menuding warga Ukraina adalah "bandit", "neo-Nazi", dan nasionalis yang terlibat dalam "teror massal".

Mariupol dilaporkan mengalami sejumlah serangan besar sejak Rusia menyerbu Ukraina tanggal 24 Februari lalu.

Kota itu berpenduduk sekitar 400.000 jiwa dan mayoritas masih terperangkap di kota itu.

Mereka harus bertahan dengan sedikit pasokan makanan, air, dan listrik yang tersisa di Mariupol.

Baca: Astronaut Rusia Kenakan Seragam dengan Corak Warna Bendera Ukraina, Apa Maksudnya?

Dewan Kota Mariupul mengatakan beberapa ribu penduduk Mariupol telah "dideportasi" ke Rusia selama seminggu terakhir.

Invasi Rusia ke Ukraina dilaporkan telah menewaskan ribuah orang dan membuat 10 juta warga sipil telantar.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada hari Minggu lalu mengatakan gagalnya perundingan dengan RUsia bisa memicu "Perang Dunia Ketiga".

Zelenskiy berharap pertemuan NATO di Brussels pada minggu ini bisa memberinya lebih banyak bantuan.

Pada hari Sabtu lalu dia mendesak Swiss untuk membekukan rekening milik elite oligarki yang membantu invasi Rusia.

Zelenskiy mengatakan bank-bank Swiss menjadi tempat para elite Rusia menyimpan uang mereka.

Baca: Bagikan Video tentang Ukraina, Vlogger Tiongkok Dicap Pengkhianat Negara

Meskipun menyatakan menjadi negara netral, Swiss telah menjatuhkan sanksi kepada sejumlah warga Rusia.

Swiss yang bukan bagian dari Uni Eropa telah menyanggupi permintaan untuk membekukan sejumlah aset di bank.

Zelenskiy pun meminta bank-bank Swiss untuk lebih banyak lagi melakukan pembekuan aset milik elite Rusia.

"Kota-kota Ukraina sedang dihancurkan atas perintah orang-orang yang hidup di Eropa, di kota-kota Swiss yang indah, yang menikmati properti di kota-kota kalian. Melucuti privilese mereka akan sangat bagus," kata Zelenskiy dikutip dari Reuters.

Baca: Zelenskiy Desak Swiss Bekukan Rekening Elite Oligarki Rusia yang Bantu Invasi

(Tribunnewswiki)

Baca berita lainnya tentang konflik Ukraina-Rusia di sini



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer