Peluncuran roket Soyuz Rusia yang direncanakan pada 4 Maret 2022 untuk mengirimkan 36 satelit internet OneWeb ke orbit dibatalkan.
Mengutip Space melalui Tribunnews.com, Kamis (10/3/2022), misi peluncuran roket tersebut ke luar angkasa turut terdampak.
Hal itu menyebabkan peluncuran ini ditunda hingga batas waktu yang tak ditentukan.
Pembatalan tersebut dilakukan usai Rusia menuntut pemerintah Inggris sebagai pendukung keuangan OneWeb, untuk melepaskan kepemilikannya di perusahaan.
Selain itu, menawarkan jaminan bahwa satelit tidak akan digunakan untuk keperluan militer.
OneWeb lantas menanggapi hal itu dengan menarik personelnya dari Baikonur Cosmodrome yang dipimpin Rusia di Kazakhstan, tempat misi akan diluncurkan.
Baca: AS dan Inggris Khawatir Rusia Bakal Gunakan Senjata Kimia di Ukraina
Sementara itu, Badan antariksa federal Rusia Roscosmos pun telah menghentikan seluruh peluncuran Soyuz Rusia dari pelabuhan antariksa Eropa di Guyana, Perancis, yang dilakukan oleh penyedia peluncuran Perancis Arianespace.
Sedangkan badan antariksa Jerman DLR, telah mematikan instrumen pemburu lubang hitam di satelit Rusia dan menghentikan kerja sama sains dengan Rusia.
Pejabat DLR menempatkan instrumen eROSITA dalam mode aman. Ini mengendarai satelit Rusia Spectrum-Roentgen-Gamma.
Di sisi lai, NASA dan Roscosmos, keduanya menyatakan bahwa pengoperasian stasiun luar angkasa internasional tetap berjalan seperti biasanya.
Kini, stasiun itu menampung empat astronot Amerika bersama NASA, dua kosmonot Rusia, dan satu astronot Eropa.
Awak baru Rusia yang terdiri dari tiga kosmonot akan diluncurkan ke stasiun luar angkasa pada akhir bulan ini, dengan astronot Amerika Mark Vande Hei dari NASA dan dua kosmonot Rusia untuk kembali ke Bumi dengan pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia.
Baca: Rusia Serang Rumah Sakit, Presiden Ukraina: Bukti Genosida Sedang Terjadi, Melampaui Kekejaman
Tidak hanya pembatalan peluncuran roket Soyuz, namun invasi Rusia juga berdampak terhadap proyek dan misi sains di luar angkasa lainnya.
Bahkan, satelit yang menyediakan internet, intel dan hubungan internasional yang telah berlangsung lama di luar angkasa telah bergeser dengan cepat.
Seperti diketahui, selama beberapa dekade, AS dan Rusia telah berkolaborasi di luar angkasa.
Dari proyek uji Apollo-Soyuz 1975 yang berlangsung pada pertengahan Perang Dingin, hingga kemitraan lanjutan dalam program stasiun luar angkasa internasional (ISS).
Di tengah pergolakan politik di Bumi, kedua negara tersebut telah bekerja sama di ruang angkasa.
Akan tetapi, akibat invasi Rusia ke Ukraina, telah memicu reaksi di antara mitra badan antariksa Rusia dan menentang semangat kooperatif tersebut.
Selain berdampak pada proyek dan misi yang dilakukan para ilmuwan di luar angkasa, dampak invasi Rusia juga berpengaruh pada hal lain.
Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN), badan sains yang mengawasi Large Hadron Collider, tidak akan menjalin kerjasama sains di masa depan dengan ilmuwan Rusia.
Pasalnya, hal itu menyusul ilmuwan Ukraina yang meminta penghentian kerja sama sains Ruisa lantaran invasi berkelanjutan terhadap Ukraina.
CERN membuat pengumuman pada 8 Maret 2022, setelah pertemuan dewan CERN dilakukan.
Sebagai informasi, Ukraina merupakan anggota asosiasi CERN, sedangkan Rusia bukanlah anggota resmi organisasi.
Baca: AS Larang Impor Minyak dari Rusia, Siap-siap Harga BBM Bakal Melonjak
Baca selengkapnya terkait perang Rusia vs Ukraina di sini