Mitigasi tersebut baik perencanaan tata ruang, penyiapan building code, maupun rencana rekonstruksi bangunan.
Melansir Kompas.com, Dwikorita menyebut, lokasi patahan tersebut adlaah zona merah dan berpotensi mengalami guncangan yang intensitasnya mencapai 8 MMI atau dapat merobohkan bangunan.
”Artinya, penting bagi pemda menyiapkan building code yang tepat di zona episenter yang baru teridentifikasi ini. Juga menyesuaikan tata ruangnya," kata Dwikorita, dalam jumpa pers daring dari Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (1/3/2022), dikutip dari Kompas.id.
"Tentunya, dalam rekonstruksi pascagempa juga perlu menjadi perhatian. Jika terpaksa harus dibangun di sana, konstruksi harus sesuai dengan building code agar aman dari gempa di masa mendatang,” imbuh dia.
Dwikorita menyebut, patahan itu sebelumnya tidak pernah teridentifikasi berdasarkan data seismisitas.
Baca: Gempa M 6,2 Guncang Pasaman Barat, 3 Orang Tewas dan 30 Warga Luka
BMKG seama ini menganggap zona tersebut relatif man, lantaran tak pernah terekam adanya aktivitas kegempaan.
Akan tetapi, pada Jumat pekan lalu, lokasi tersebut menjadi pusat gempa sehingga perlu diwasapadai.
”Jadi ada patahan baru yang selama ini belum pernah teridentifikasi karena tidak ada rekaman data seismik selama ratusan tahun. Baru kemarin, saat gempa M 6,1 tercatat dan terekam data seismiknya,” kata Dwikorita.
Sementara itu, menurut Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono di Padang, patahan baru itu adalah sesar mendatar dan mengalami pergeseran ke kanan.
Segmen itu diberi nama oleh BMKG sebagai Talamau. Diduga segmen ini tersambung dengan siano, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Rahmat menjelaskan, segmen Talamau memiliki potensi gempa hingga M 6,2 karena tidak terlalu panjang dibandingkan segmen lain.
Baca: Gempa Magnitudo 6,7 Landa Banten, Terasa di Jakarta hingga Tangsel, Tak Berpotensi Tsunami
Adapun, posisi sumber gempa yang berada di kaki gunung Talamu, hingga kini, kata Rahmat, belum ada peringatan dari Badan Geologi adanya peningkatan aktivitas gunung.
"Masyarakat tidak perlu khawatir karena gunung itu kalau meletus tidak tiba-tiba, tapi ada banyak tanda-tanda sebelumnya seperti gemuruh dan lainnya," kata Rahmat.
Selain itu, Rahmat membeberkan banyak ditemukan rumah roboh yang ternyata tidak memiliki kolom atau struktur memadai, di sekitar pusat gempa di Pasaman Barat.
Ia menyarankan pemda untu mulai memetakan bangunan yang tidak memenuhi syarat sehingga jika terjadi gempa tidak sampai merusak bangunan.
Berdasarkan data BPBD Sumbar, hingga Senin siang, 11 orang meninggal akibat gempa M 6,1 yang berpusat di Pasaman Barat, 25 Februari.
Sedangkan untuk dua kabupaten terdampak yakni Pasaman Barat dan Pasaman.
Baca: Setelah Gempa Berkekuatan 7,4 SR, Maluku Barat Daya Kembali Diguncang 14 Kali Gempa Susulan
Baca selengkapnya terkait gempa pasaman di sini