Hal itu disampaikan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Fedorov, Minggu (27/2/2022).
Fedorov mengatakan, beberapa hari ke depan menjadi momen-momen kunci dalam invasi Rusia ke Ukraina, lantaran adanya target tersebut.
Dirinya pun berharap pada rencana pembicaraan antara kedua negara ketika Moskwa masih terus melanjutkan serangan skala penuh kepada Ukraina.
“Seharusnya ada pembicaraan yang berlangsung tanpa prasyarat. Saya tahu posisi teman-teman saya di Kiev dan kepemimpinan Ukraina. Mereka siap untuk duduk dan berbicara, tetapi tanpa prasyarat,” ujar Fedorov, dikutip Kompas.com dari Al Jazeera.
Diberitakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Ukraina dan Rusia sepakat untuk mengadakan pembicaraan di sebuah tempat dekat perbatasan Belarus.
Fedorov mengatakan, perlawanan di Ukraina dan sanksi yang diberlakukan Barat ternyata lebih kuat dari yang diperkirakan Rusia.
“Seperti yang telah saya katakan, tolong, karena saya tahu Ukraina, tidak ada yang akan bertemu pasukan Rusia dengan bunga. Ini adalah kenyataan,” katanya kepada Al Jazeera.
Baca: Volodymyr Zelensky
Baca: Uni Eropa Segera Kirim Bantuan Senjata ke Ukraina untuk Lawan Rusia
Fedorov mengatakan, Rusia awalnya telah menyiapkan diri apabila disanksi Barat.
Namun, sanksi tersebut rupanya memberikan efek yang sangat signifikan.
“Mereka (Rusia) selalu berpikir bahwa, oke kami adalah negara besar, kami adalah negara yang hebat. Kami memberi Anda gas dan minyak. Anda tidak akan pernah menggunakan sanksi. Ini adalah kenyataan untuk hari ini dan itu menyebabkan banyak masalah di sini sekarang,” sambung Fedorov.
SIMAK ARTIKEL SEPUTAR KRISIS UKRAINA DI SINI