Negara yang dipimpin Vladimir Putin itu juga dilaporkan telah mendaratkan pasukan di pantai timur Ukraina.
Dikutip dari Reuters, (24/2/2022), sebelumnya Putin telah memberikan izin adanya operasi militer di wilayah timur.
Segera setelah mantan intelijen itu berbicara di saluran tv nasional, ledakan terdengar di Kyviv, ibu kota Ukraina, menjelang fajar.
Kantor berita Interfax menyebut ada suara tembakan di dekat bandara utama di Kyiv.
"Putin baru saja melancarkan invasi berskala besar ke Ukraina. Kota-kota Ukraina yang damai kini sedang diserang," kata Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba melalui akun Twitternya, dikutip dari Reuters.
"Ini adalah perang agresi. Ukraina akan mempertahankan dirinya dan akan menang. Dunia bisa dan harus menghentikan Putin. Kini saatnya bertindak."
Baca: Ukraina Minta Bantuan PBB, Rusia Membalas: Kami Tak Bisa Biarkan Genosida di Ukraina Timur
Baca: Menlu Ukraina Dmytro Kuleba: Tujuan Akhir Putin Adalah Menghancurkan Ukraina
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memprediksi bahwa Rusia bakal melakukan invasi.
Biden berkata bahwa dia mendoakan rakyat Ukraina karena mereka menderita dan diserang oleh pasukan Rusia.
Sementara itu, Rusia telah meminta NATO mengakhiri ekspansinya di Erop Timur.
Putin juga berulang kali menegaskan bahwa Ukraina tidak bisa diterima menjadi negara anggota NATO.
Dia mengatakan telah memberikan izin adanya aksi militer karena Rusia tidak memiliki pilihan.
Rusia, kata dia, harus mempertahankan diri dari apa yang dianggapnya sebagai ancaman yang berasal dari Ukraina.
"Rusia tidak bisa merasa aman, berkembang, dan eksis dengan ancaman yang berasal dari wilayah Ukraina modern," kata Putin.
"Semua tanggung jawab dalam pertumpahan darah ini akan berada di dalam hati rezim yang kini berkuasa di Ukraina.
Baca: AS: 80% Pasukan Rusia di Perbatasan Ukraina Kini dalam Posisi Siap Menyerang
Sebelumnya, dalam sidang Majelis Umum PBB, Rabu (23/2/2022), Ukraina meminta bantuan PBB untuk menghentikan "rencana agresif" Rusia.
Rusia kemudian membalasnya dan mengatakan tidak bisa membiarkan "genosida" terhadap penduduk berbahasa Rusia yang berada di Ukraina bagian timur.
"Mengingat adanya genosida yang terlihat jelas dan hak asasi manusia terpenting yang dinjak-injak, yakni hak untuk hidup, negara kami tidak bisa terus mengabaikan nasib 4 juta orang di Donbass," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dikutip dari Reuters, (24/2/2022).
Namun, klaim adanya genosida itu dibantah oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Amerika Serikat .
Baca: Percaya Rusia Telah Memulai Invasi ke Ukraina, Joe Biden Jatuhkan Sanksi kepada Moskow