Serangan itu disebut mengenai sebuah taman kanak-kanak atau TK, tetapi tidak ada korban luka yang dilaporkan.
Dalam foto beredar, tampak peluru artileri membuat tembok gedung TK tersebut berlubang dan ruangan di dalamnya dipenuhi puing-puing.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa tentara Ukraina dan pemberontak yang didukung Rusia sempat saling tembak.
Serangan itu diluncurkan di sepanjang garis gencatan senjata yang berada di Ukraina timur.
Pihak pemberontak menuduh pemerintah Ukraina terlepih dulu melepaskan tembakan ke wilayah pemberontak.
Dikutip dari Reuters, Jumat (18/2/2022), tembakan tersebut dilancarkan sebanyak empat kali selama 24 jam terakhir.
Sementara itu, pemerintah gantian menuduh para pemberontak melepaskan tembakan artileri yang mengenai sebuah TK.
Baca: AS Sebut Rusia Sedang Siapkan Invasi ke Ukraina, Bisa Terjadi Beberapa Hari ke Depan
Gencatan senjata di antara mereka dimulai sejak tahun 2015 dan behasil mengakhiri pertempuran besar.
Salah satu kelompok pemberontak yang menamakan dirinya Republik Rakyat Luhansk mengatakan pasukan Ukraina menggunakan mortir, pelontar granat, dan senapan mesin dalam baku tembak hari Kamis lalu.
"Pasukan bersenjata Ukraina telah melanggar rezim gencatan senjata, menggunakan senjata berat yang menurut Kesepakatan Minsk harus ditarik.
Baca: Hacker Pemerintah Rusia Disebut Telah Terobos Sistem Militer Ukraina
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan muncul tanda-tanda bahwa Rusia sedang mematangkan rencana invasi ke Ukraina.
Kata Biden pada hari Kamis, (18/2/2022), invasi Rusia bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Selain itu, Biden percaya bahwa Moskow tengah menyiapkan alasan atau dalih untuk membenarkan invasi tersebut.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Rusia saling melepaskan tembakan di Ukraina timur.
Sementara itu, Rusia justru menuduh Biden memancing ketegangan dan menyatakan bahwa Washington mengabaikan permintaan keamanan dari Rusia.
Melansir pemberitaan Reuters, (18/2/2022), AS juga dituding memberikan ancaman dalam bentuk "tindakan militer tertentu" kepada Rusia.
Baca: Berisi para Wanita Lansia, Batalion Babushka Siap Lindungi Ukraina dari Rusia
Moskow pun naik pitam dan memutuskan mengusir dua pejabat kedutaan AS.
Setelah ada insiden saling tembak antara tentara Ukraina dan kelompok separatis Rusia, AS dan sekutunya khawatir akan rencana yang disusun Moskow.
Negara-negara Barat memperingatkan bahwa Moskow bisa membuat dalih dan skenario untuk membenarkan adanya invasi.
"Kita punya alasan untuk percaya bahwa mereka terlibat dalam operasi militer palsu agar punya alasan untuk melakukannya. Setiap tanda yang kita lihat menunjukkan bahwa mereka bersiap masuk ke Ukraina dan menyerang Ukraina," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih dikutip dari Reuters.
"Akal sehatku mengatakan ini bakal terjadi dalam beberapa hari ke depan."
Biden pun memerintahkan Menteri Luar Negeri AS untuk membicarakan hal itu pada sidang Dewan Keamanan PBB.
Baca: Kirim Senjata ke Ukraina, AS Dituding Buat Situasi Politik Makin Panas
Kepada Dewan Keamanan PBB, Biden menguraikan dugaannya tentang skenario yang bakal diambil Rusia untuk membenarkan adanya invasi.
"Katakanlah skenario itu bisa saja sebuah aksi palsu berupa pengeboman oleh teroris di wilayah Rusia, penemuan pemakaman massal, serangan drone terhadap warga sipil, atau serangan palsu, atau nyata, menggunakan senjata kimia. Rusia menyebutkan peristiwa ini sebagai pembersihan etnis atau genosida."
Baca berita lainnya tentang Ukraina di sini