Menurut salah satu korban selamat, Bayu, saat itu 23 orang dari Padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual semedi di tepi Pantai Payangan.
Ia mengatakan setelah beberapa saat meditasi berlangsung, tiba-tiba ombak besar datang dan menghantam mereka.
“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari. Saya menghindari ombak kedua,” kata Bayu, dikutip dari Kompas TV, Minggu.
Ombak tersebut lantas menyeret belasan rekannya. Tiga orang ditemukan telah tewas, sembilan orang menghilang dan sisanya selamat.
Akan tetapi, tak berselang lama Tim SAR melakukan pencarian dan berhasil menemukan delapan orang lainnya dalam kondisi meninggal dunia dan satu selamat.
Baca: 23 Warga Jember Terseret Ombak saat Sedang Lakukan Ritual di Pantai Payangan, Berikut Kronologinya
Menurut Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo, insiden itu bermula saat 23 rombongan warga dari berbagai kecamatan itu menjalankan ritual di pinggir pantai.
Mereka di sana membaca doa-doa dan mulai beranjak ke laut.
Acara ritual diawali dengan tabur bunga, peserta kemudian membentuk dua barisan dan saling bergandengan tangan.
Warga yang mengikuti ritual itu percaya bahwa menyucikan diri dapat dilakukan dengan mandi air laut.
Akan tetapi, saat ritual itu dilakukan, mereka tiba-tba dihantam ombak besar.
“Menurut korban selamat, mereka tidak melihat ombak yang dari arah kanan, tiba-tiba datang menerjang. Di sana ada tebing yang halangi pandangan,” tuturnya.
Hery menambahkan bahwa ritual yang dijalankan para korban dilakukan dengan berbagai tujuan.
Termasuk menyelesaikan masalah keluarga, melancarkan usaha, hingga memudahkan mendapat pekerjaan.
“Kata guru spiritual mereka, masalah-masalah itu bisa diselesaikan secara ritual di Pantai Payangan,” ujarnya mengutip Kompas.com.
Baca: Balita Malaysia Terseret Ombak hingga Perairan Indonesia, Ditemukan Sudah Tak Bernyawa
Sementara itu, menurut Kapolsek Ambulu AKP Makruf, sebelum insiden terjadi, petugas pantai telah mengingatkan warga untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar patai lantaran ombak sedang tinggi.
Akan tetapi, menurut Makruf, rombongan tersebut tetap nekat melakukan ritual di pantai.
“Namun rombongan itu tetap ke pantai untuk ritual,” kata Kapolsek Ambulu AKP Makruf pada Kompas.com via telpon, Minggu (13/2/2022).
Setelag imbauan petugas tak diindahkan rombongan, sebanyak 23 orang yang mengikuti ritual tersebut lantas terseret ombak pada Minggu tengah malam sekitar pukul 00.25 WIB.
Warga kemudian meminta bantuan pihak kepolisian untuk menyelamatkan para korban.
Bahkan, petugas kepolisian juga berkoordinasi dengan tim SAR hingga TNI untuk membantu pencarian korban.
Baca: Kronologi Wisatawan Terseret Ombak di Pantai Goa Cemara, 2 Orang Tewas dan 5 Orang Belum Ditemukan
Baca selengkapnya terkait korban terseret ombak di sini