Program dan ekosistem wirausaha dari Wismilak Foundation ini telah memasuki babak akhirnya lewat gelaran DSC 12.
Melalui proses seleksi yang cukup panjang dari bulan Juli 2021, terpilihlah enam challengers yang berhasil mendapatkan hibah modal usaha.
Di antaranya adalah Nico Japar (Portale Cloud Kitchen), Yenni Angreni (Arcia Oil), Vania Audrey Pakpahan (Pijak Bumi), Gayatri Puspita (GUI), M. Fadli Nugraha (Gamma Waste), serta Best of the Best DSC 12, Anak Agung Gde Rai Adi dengan bisnisnya yang bergerak di bidang teknologi edukasi yaitu Koding Akademi.
Ada pula 2 finalis yang mendapatkan penghargaan khusus dari DSC 12 atas ide bisnisnya yang inovatif, memiliki potensi tinggi serta memiliki dampak sosial yang baik, yaitu Fauzan Fathullah (hayVee) sebagai The Most Social Impact dan Bagas Reggas (Greenland) sebagai The Most Potential Business.
Seluruh pemenang DSC 12 ini juga akan mendapatkan kesempatan pendampingan bisnis dari DSC selama 2 tahun ke depan, serta secara resmi bergabung dengan jejaring wirausaha Diplomat Entrepreneur Network (DEN).
"Hari ini (21/1/2022), secara resmi kami menutup rangkaian DSC 12 dan dengan bangga kami perkenalkan para pemenang penerima hibah modal usaha beserta profil bisnisnya," ungkap Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC 12 yang juga merupakan Founding Father Program DSC.
Sejak awal dibukanya pendaftaran pada tanggal 19 Juli 2021, DSC 12 secara berkala menerima ratusan ide bisnis setiap harinya.
Persebaran pendaftar DSC 12 juga cukup merata dari Sabang hingga Merauke, sehingga kiprah DSC sebagai ekosistem wirausaha semakin dikenal secara nasional di tahun ke-12 ini.
Jumlah pendaftar wanita di tahun ini juga secara mengejutkan telah melebihi jumah pendaftar lelaki, yaitu 57% pendaftar wanita dan 43% pendaftar lelaki.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia saat ini memiliki ribuan bahkan mungkin jutaan potensi womenpreneur yang siap untuk memberikan kontribusi nyata di masa depan.
"Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan jumlah pendaftar dari entrepreneur wanita, dan di DSC 12 ini semakin menunjukkan pertumbuhan positif saat jumlah womenpreneur ternyata lebih banyak dari pendaftar pria. Ini sembuah pencapaian yang juga harus kita apresiasi bersama," tutur Antarina S.F. Amir, Dewan Komisioner DSC 12 yang juga seorang akademisi.
Sementara dari segi kategori bisnis, menurut Helmy Yahya, Dewan Komisioner DSC 12 dan Public Figure yang kini juga merambah menjadi content creator;
"Walaupun bisnis food & beverage masih mendominasi profil bisnis dari 18.233 pendaftar, kategori bisnis lain tidak lepas dari sorotan. Terutama mengenai banyaknya bisnis dengan visi dan misi keberlanjutan yang ramah lingkungan. Dan kami lihat semua bisnis yang masuk ke tahap final merupakan bisnis yang memiliki storytelling yang kuat soal sustainability."
Sebagai contoh, banyak bisnis yang dalam prosesnya memanfaatkan limbah sampah, material-material bekas dan lain sebagainya.
Salah satunya adalah GUI milik Gayatri Puspita, salah satu finalis DSC 12 yang dalam proses bisnisnya mentransformasikan limbah menjadi produk-produk kriya berkualitas tinggi.
Ada pula Greenland besutan Bagas Reggas yang mendapatkan penghargaan sebagai The Most Potential Business DSC 12.
Greenland bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan produk perawatan hewan berbahan dasar limbah organik seperti limbah buah kelapa, kopi, padi, ampas tahu, dan lain sebagainya.
"Brand lokal mengalami kebangkitan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan adanya kondisi pandemi yang menjadi akseleratornya. Bisnis kriya & fashion serta food & beverage adalah dua kategori unggulan saat ini dari jutaan brand lokal di luar sana, namun betapa luar biasanya saat kedua kategori bisnis populer tersebut dikawinkan dengan konsep sustainability dan kesadaran akan lingkungan. Saya bangga dapat berkesempatan menjadi mentor dan menyaksikan ide-ide cemerlang ini di DSC 12," ungkap Handoko Hendroyono, salah satu Mentor Nasional DSC 12 yang juga dikenal sebagai Bapak Brand Lokal Indonesia.
Selain itu, bisnis Startup Digital juga kian digandrungi pebisnis muda saat ini.
Pesatnya perkembangan teknologi melahirkan banyak jawaban atas banyak permasalahan sosial masyarakat saat ini.
Dua di antaranya adalah bisnis milik Fauzan Fathullah yaitu hayVee yang bergerak sebagai platform digital untuk isu kesehatan mental dan seksual.
hayVee sendiri diganjar dengan penghargaan khusus sebagai The Most Social Impact DSC 12.
Ada pula bisnis Koding Akademi milik Anak Agung Gde Rai Adi yang menjadi The Best of the Best DSC 12.
Koding Akademi adalah bisnis yang berfokus pada pengembangan kemampuan digital untuk generasi muda, antara lain skill teknologi komputer, engineering, robotics dan science, semuanya disajikan dalam satu platform dengan modul pembelajaran yang kekinian.
"Koding Akademi adalah platform edukasi yang fokus mengajarkan ilmu coding dan robotics untuk anak-anak usia dari 7 hingga 20 tahun. Kami berusaha mengenalkan 2 kemampuan ini sejak usia dini untuk mengakselerasi kemampuan teknologi generasi muda Indonesia agar dapat bisa lebih produktif dengan teknologi, sehingga di masa depan akan menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang matang dengan lebih banyak pengalaman", tutur Anak Agung Gde Rai Adi, Founder & CEO Koding Akademi mengenai profil bisnisnya secara singkat.
Lebih jauh lagi mengenai motivasi mengikuti DSC 12 dan rencana bisnis ke depan setelah mendapatkan hibah modal usaha, Adi, begitu ia disapa, mengungkapkan kebanggaannya.
Perjalanan DSC 12 Didukung oleh Banyak Kolaborator Ternama
Malam penjurian dan penghargaan DSC 12 dapat disaksikan lewat web series DSC 12 episode final di kanal YouTube resmi Diplomat Sukses, serta di situs diplomatsukses.com yang akan tayang pada Jumat, 21 Januari 2022 pukul 19:00 WIB.
Sejak debut penyelenggaraannya di tahun 2010, Diplomat Success Challenge tidak hanya menjadi kompetisi wirausaha, namun juga menjelma menjadi eksosistem wirausaha yang terintegrasi.
Visi besar DSC yaitu membangun ekosistem wirausaha yang kuat agar dapat berkontribusi demi percepatan pembangunan Indonesia.
Dalam menjalankan roadshow, DSC 12 telah berkolaborasi dengan berbagai pihak dan komunitas, di antaranya adalah, Podcast Helmy Yahya Bicara, mentoring & coaching dengan MBloc Academy, webinar bersama Asosiasi UMKM APINDO (AUA) dan SMESCO, webinar dan workshop bersama Markplus Institute, serta komunitas ConecWorld.
Tahun ini, DSC juga mencoba jalan sosialisasi yang berbeda dengan berupaya memperluas segmen audiens berbasis komunitas dan ekonomi keumatan melalui kerja sama dengan NU Circle, LPNU (Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama), Ansor, dan HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia).
Kolaborasi terjalin dengan baik dalam bentuk serangkaian webinar edukatif dan interaktif yang terbuka bagi santri-santri muda Indonesia.
Program Initiator DSC 12, Edric Chandra mengungkapkan,
“Digitalisasi membuat sosialisasi DSC dapat mendobrak batasan-batasan sebelumnya,"
"Belajar dari pengalaman tahun 2020, DSC percaya diri dapat lebih banyak menjangkau audiens dengan cara menghadirkan edukasi dan inspirasi bisnis lewat serangkaian webinar dan workshop,"
"Dari situ pula lah kami menjaring 18.233 pendaftar yang merupakan angka pendaftaran tertinggi dalam sejarah DSC,"
"Terima kasih kepada para kolaborator. Sampai bertemu di DSC selanjutnya!”
Saksikan tahap final serta ajang malam penghargaan DSC 12 melalui web series DSC 12 di kanal YouTube resmi Diplomat Sukses, serta di situs diplomatsukses.com.
Nantikan juga update penyelenggaraan DSC selanjutnya melalui media sosial kami:, @diplomatsukses, Facebook Wismilak Diplomat, Twitter @diplomat_sukses.
(Tribunnewswiki.com/Natalia Bulan R P)
Baca artikel lainnya terkait DSC 12 selengkapnya di sini