Pernyataan itulah yang membuat Arteria menuai protes, terutama dari kalangan masyarakat Sunda.
Bahkan, mulai dari tokoh masyarakat hingga netizen berbondong-bondong membicarakan polisitisi PDIP tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, mengetahui hal itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun turut angkat bicara.
Ridwal Kamil meminta Arteria untuk menyampaikan permohonan maaf atas pernyataan yang telah ia buat.
"Jadi saya mengimbau Pak Arteria Dahlan sebaiknya meminta maaf kepada masyarakat Sunda di Nusantara ini. Kalau tidak dilakukan, pasti akan bereskalasi. Sebenarnya orang Sunda itu pemaaf ya, jadi saya berharap itu dilakukan," ujar Emil di sela kunjungannya di Bali, Selasa (18/1/2021), dikutip dari Tribun Jabar.
Baca: Arteria Dahlan
Baca: Berakhir Damai, Arteria Dahlan Akan Cabut Laporan Kasus Cekcok dengan Anggiat Pasaribu
Selain itu, mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun turut buka suara atas pernyataan Arteria tersebut.
Dedi berpendapat menggunakan bahasa daerah bukan berarti tidak nasionalis.
Karena nasionalisma dibangun dari kekuatan-kekuatan daerah.
"Jadi kalau Kajati terima suap saya setuju untuk dipecat, tapi kalau pimpin rapat pakai bahasa Sunda apa salahnya?" kata Dedi.
Tak berhenti sampai situ saja, rekan Arteria di PDIP yaitu TB Hasanuddin pun menilai Arteria sudah melampaui batas dan dapat melukai masyarakat Sunda.
"Kenapa harus dipecat seperti telah melakukan kejahatan saja? Saya ingatkan sebagai anggota DPR sebaiknya berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Jangan bertingkah arogan, ingat setiap saat rakyat akan mengawasi dan menilai kita," beber Hasanuddin.
Baca: Ibunda Arteria Dahlan Terima Permintaan Maaf dari Anggiat Pasaribu
Baca: Kronologi Anggiat Pasaribu Cekcok dengan Arteria Dahlan, Berawal dari Buru-buru Kebelet Pipis
Munculnya polemik tersebut membuat Arteria Dahlan memberikan penjelasan terkait penyataannya saat rapat itu.
Arteria berpendapat bahwa pernyataannya saat rapa itu tidak bermaksud untuk mendiskreditkan masyarakat Sunda.
Hanya saja, ia ingin agar para jaksa tidak mempertontonkan kedekatan kedaerahan dengan menggunakan bahasa Sunda guna mendapat posisi yang lebih tinggi.
Arteria Dahlan ingin pengisian jabatan di Korps Adhyaksa tersebut berlandaskan sistem merit yang terukur, objektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Saya akan marah betul di saat kita meyakinkan publik tidak ada Sunda Empire tiba-tiba masih ada 1-2 jaksa yang, bukannya cari muka, tapi berusaha mempertontonkan kedekatannya dengan cara-cara seperti itu," beber Arteria di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (19/1/2022), dikutip dari Kompas.com.
Dalam kesempatan itu, ia juga memepersilahkan untuk melaporkannya ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR apabila tak terima dengan pernyataan soal kajati yang berbicara menggunakan bahasa Sunda.
"Kalau saya salah kan jelas, mekanismenya ada MKD, apakah pernyataan salah. Kita ini demokrasi, silakan kalau kurang berkenan dengan pernyataan saya, silakan saja," imbuhnya.
Ia meyakini, DPR sudah memiliki mekanisme apabila publik keberatan dengan pernyataan anggota dewan.