Oleh karena itu, ada kemungkinan varian Omicron bakal menggantikan varian Delta.
Kendati demikian, penelitian itu hanya melibatkan sekelompok kecil orang dan belum mendapat peer review atau ulasan sejawat.
Kekebalan terhadap varian Delta akan lebih kuat terutama jika pasien Omicron sudah divaksin.
Studi itu mencatat atau meneliti sebanyak 33 orang di Afrika Selatan yang terkena virus corona varian Omicron.
Ditemukan bahwa netralisasi terhadap Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah pencatatan.
Peneliti juga mendapati bahwa ada netralisasi terhadap varian Delta juga meningkat 4,4 kali lipat.
"Meningkatnya netralisasi terhadap Delta pada pasien Omicron mungkin menyebabkan berkurangnya kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali," kata ilmuwan yang terlibat dalam studi, dikutip dari Reuters, (29/12/2021).
Baca: Kronologi Temuan Kasus Pertama Transmisi Lokal Omicron, Pasien Sempat Makan di Restoran SCBD
Menurut ilmuwan tersebut, hasil studi ini sesuai dengan kenyataan bahwa Omicron kini mulai menggantikan Delta.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat kini yang dominan adalah varian Omicron.
Orang yang terinfeksi varian Omicron, kata peneliti, dapat memperoleh kekebalan yang menetralisir Delta mengecilkan kemungkinan terjadinya infeksi ulang akibat Delta.
Implikasi dari tergantikannya Omicron oleh Delta akan tergantung pada apakah infeksi akibat Omicron kurang parah jika dibandingkan dengan Delta.
"Jika ya, kasus Covid-19 yang parah akah berkurang dan infeksi mungkin menjadi kurang mengganggu individu dan masyarakat."
Menurut studi awal di Afrika Selatan, risiko rawat inap akibat infeksi Omicron lebih kecil dibandingkan dengan infeksi varian Delta.
Baca: Kemenkes Siapkan Tes PCR Baru, Diklaim Mampu Deteksi Varian Omicron dalam 4 Jam
Namun, juga dikatakan bahwa risiko yang lebih kecil ini mungkin disebabkan oleh kekebalan kelompok yang tinggi.
Berdasarkan data di Inggris, infeksi akibat varian Omicron memang tampak lebih ringan daripada varian Delta.
Bahkan, data tersebut menunjukkan kemungkinan rawat inap akibat varian Omicron lebih rendah 40 persen.
Sejumlah ilmuwan menyebut risiko yang lebih rendah ini sebagai "kabar baik".
Kendati demikian, Layanan Kesehatan Masyarakat (NHS) mengatakan cepatnya penularan varian Omicron bisa membuat fasilitas kesehatan kewalahan.
Tim peneliti dari Imperial College yang dipimpin oleh Prof. Neil Ferguson menganalisis catatan rawat inap dan vaksinasi di antara sejumlah kasus Covid-19 di Inggris.
Baca: Palestina Laporkan Kasus Pertama Varian Omicron di Gaza, Diperkirakan Bakal Menyebar Cepat
Baca: Risiko Rawat Inap akibat Omicron Disebut Lebih Rendah 40 Persen daripada Delta
Mereka telah menganalisis sebanyak 56.000 kasus varian Omicron dan 269.000 kasus varian Delta.
Kasus-kasus tersebut dikumpulkan dari tanggal 1 hingga 14 Desember 2021.
Hasilnya, risiko seseorang harus ke rumah sakit akibat varian Omicron lebih rendah daripada Delta.
Selain itu, risiko rawat inap, setidaknya sehari, akibat Omicron lebih rendah hingga 40-45 persen.
Bagi sejumlah orang yang belum pernah terkena Covid-19 atau divaksin, risiko rawat inap akibat Omicron lebih rendah sekitar 11 persen daripada Delta.
Baca berita lain tentang Omicron di sini