Bhumi Skincare Rilis Produk Kemasan Refill Pack, Sebuah Aksi Nyata untuk Menjaga Bumi

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bhumi Skincare Rilis Produk Kemasan Refill Pack, Sebuah Aksi Nyata untuk Menjaga Bumi

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Bhumi Skincare merilis produk yang ramah lingkungan.

Hal ini didorong dari kondisi Indonesia yang berada dalam situasi darurat sampah plastik menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di tahun 2019.

Diketahui, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah plasti terbesar di dunia sekitar 3,5 juta ton per tahun.

"Kami mellihat, isu lingkungan sedang marak dan sampah plastik bertambah setiap tahun. Indonesia sendiri menghasilkan sekian juta ton sampah setiap tahun, dan rata-rata merupakan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang secara alami," pungkas Ahmad Rashed, pemilik Bhumi Skincare.

Ahmad memilih mencari solusi langsung pada akar masalahnya.

Baca: Profil Anugrah Pakerti, Pria 25 Tahun yang Sukses Dirikan Perusahaan Skincare Bernama Avoskin

Baca: 4 Cara Mudah Memilih Skincare yang Tepat untuk Kulit Kamu

Bhumi Skincare merilis produk yang ramah lingkungan. (Bhumi Skincare)


Dalam proses pengembangan produk kecantikan refill pack, ia memikirkan cara agar konsumen bisa mendapatkan manfaat produk kecantikan, tanpa menimbulkan masalah baru, yaitu sampah plastik.

Hingga kemudian Bhumi Skincare membuat inovasi refill pack yang kemasannya biodegradable dan sustainable.

"Karena terbuat dari craft paper, kemasan refill pack tersebut akan terurai secara alami dengan cepat dan mudah," jelas Ahmad.

"Di dalam kemasan tidak terdapat lapisan plastik sama sekali. Kami juga memastikan bahwa kemasan itu compatible dengan moisturizer yang kami produksi," tambahnya.

Menurut Ahmad, refill pack ini adalah aksi konkret Bhumi Skincare dalam melawan isu lingkungan terkait sampah plasti.

Ia berharap inovasi ini juga bisa diterapkan pada produk kecantikan lainnya seperti face oil.

Beauty enthusiast Poppy Septia mengungkapkan bahwa para beauty enthusiast juga menyadari bahwa produk kecantikan menghasilkan banyak sampah.

Karena itu, mereka berusaha memakai produk kecantikan yang ramah lingkungan.

Misalnya, menggunakan cleansing oil yang aplikasinya tidak memerlukan kapas.

Selain itu, ia sendiri juga mengumpulkan berbagai kemasan kecantikan yang sudah kosong, lalu mengirimnya ke bank sampah yang menerima kaca dan plastik.

Bagi Poppy, refill pack yang dirilis oleh Bhumi Skincare juga ramah bagi dompet, sekalipun kemasannya dibuat dari craft paper khusus.

Menariknya, ia juga menilai kemasan tersebut sangat hemat tempat karena slim dan travel friendly juga karena bisa dimasukkan ke pouch kecil.

"Kemasan ini juga higienis, karena ada tutup yang mengunci. Kalaupun tidak punya jar lama, kita bisa langsung pakai produk dari kemasan isi ulangnya," ungkap Poppy.

Saatnya Bergerak

Bhumi Skincare merilis produk yang ramah lingkungan. (Bhumi Skincare)


Aksi Bhumi Skincare tak hanya didukung oleh para beauty enthusiast.

Indonesia Biru Foundation, organisasi independen yang bergerak dalam peningkatan literasi kelautan bagi masyarakat juga mengingatkan tentang pentingnya pengurangan sampah plastik.

Andre Saputra, pendiri Indonesia Biru Foundation mengungkapkan bahwa sampah yang kita hasilkan masih jauh lebih besar daripada kapasitas pengolahan sampah.
Artinya, masih banyak sampah yang tidak dikelola dengan tepat.

Sampah plastik yang tidak dikelola dengan benar kemungkinan besar akan terbawa sampai ke pantai dan laut.

Untuk daerah yang mengandalkan wisata pantai, sampah ini akan merusak pemandangan.

Dampaknya, lokasi wisata yang seharusnya cantik dan bersih tak lagi menarik untuk dikunjungi.

Namun, ada dampak dari sampah plastik yang sangat mengganggu kehidupan hewan-hewan di bawah laut.

Andre bercerita, di bawah laut kantong plastik itu terlihat seperti ubur-ubur, yang menjadi makanan penyu. Tapi, karena tidak bisa membedakan antara plastik dan ubur-ubur, maka penyu memakan plastik tersebut, sehingga kemudian banyak yang mati.

Baca: Hati-hati Girls, 6 Perpaduan Skincare Ini Wajib Dihindari

Baca: 5 Skincare untuk Kecantikan Kulit Wajah, dari Masker hingga Krim Malam

"Ketika diautopsi, di dalam perutnya ditemukan banyak plastik. Hal yang sama terjadi pada biota laut yang besar, seperti paus. Apa pun yang ditangkap oleh mulutnya akan masuk ke perut, termasuk sampah plastik. Inilah kenapa banyak paus yang mati dan kemudian terdampar di pantai," kata Andre.

Sekaranglah saatnya bergerak untuk mengurangi sampah demi Bumi yang lebih baik.


(Tribunnewswiki.com/Natalia Bulan R P)

Baca artikel lainnya terkait Skincare selengkapnya di sini



Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer