Kampanye Kesadaran Depresi, Komitmen PT Johnson & Johnson Indonesia yang Akan Terus Dilanjutkan

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kampanye Kesadaran Depresi, Komitmen PT Johnson & Johnson Indonesia yang Akan Terus Dilanjutkan

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Selama lebih dari 60 tahun, Johnson & Johson telah berdedikasi untuk meningkatkan tingkat kesembuhan penderita gangguan jiwa.

Selama setengah abad terakhir, Janessen Pharmaceutical Companies of Johnson & Johnson telah menemukan, mengembangkan, dan meluncurkan banyak inovatif untuk kondisi yang memengaruhi otak dan sistem saraf pusat.

Kesehatan jiwa berdampak pada kesehatan fisik, sosial, dan ekonomi individu serta masyarakat di seluruh dunia.

Lebih dari tiga seperempat orang yang menderita penyakit jiwa tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, ketika akses untuk perawatan kesehatan jiwa yang berkualitas sangat terbatas.

Bahkan lebih dari 75 persen orang dengan gangguan jiwa tidak mendapatkan perawatan sama sekali.

Baca: Johnson & Johnson Konsisten Mendukung Keseimbanngan Kehidupan Kerja di Era New Normal

Baca: Johnsons Milk + Rice Kini Resmi Hadir dengan Formula Baru di Indonesia, Apa Saja Manfaatnya?

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs dari PT Johnson & Johnson Indonesia dalam sesi edukasi bertajuk ‘Kupas Tuntas Mengenai Depresi’ yang dilaksanakan secara virtual pada Hari Selasa, 14 Desember 2021 dan dihadiri oleh sejumlah media.


Berdasarkan temuan utama dari dokumen white paper di wilayah Asia Pasifik bertajuk 'Rising Social and Economic Cost of Major Depression: Seeing the Full Spectrum' yang disponsori oleh Johnson & Johnson Pte. Ltd. dan dilakukan oleh KPMG di Singapura, terdapat kurang dari separuh pasien yang berjuang melawan gangguan depresi mayor (Major Depressive Disorder/MDD) di kawasan Asia Pasifik menerima diagnosis yang tepat.

Dengan 71 persen pasien MDD menderita gejala yang memburuk karena pengobatan tidak disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Data dari White Paper itu mengungkapkan bahwa Asia Pasifik memiliki tingkat penyakit depresi dan penyakit jiwa yang jauh lebih tinggi daripada bagian lain dunia.

Dokumen tersebut menyoroti bahwa orang yang hidup dengan depresi 40 persen kurang produktif daripada individu yang sehat, sedanngkan harapan hidup seseorang dengan MDD adalah 20 tahun lebih pendek dari rata-rata.

Penyebaran eksponensial dari pandemi Covid-19 juga bertindak sebagai faktor pendorong dalam pertumbuhan segmen tele-health di Indonesia.

Ini sangat bermanfaat bagi pasien serta profesional terlatih dalam domain perawatan kesehatan mental karena memungkinkan individu untuk memanfaatkan konsultasi profesional tanpa harus mengunjungi rumah sakit atau pusat perawatan primer.

Dengan peningkatan penetrasi internet di seluruh negeri, memungkinkan psikiater dan terapis terlatih untuk melayani lebih banyak pasien tanpa dibatasi geografi.

Ini juga dapat memecahkan masalah kekurangan tenaga profesional terlatih dalam jangka pendek.

 Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Diperingati Setiap 10 Oktober (https://www.pexels.com/)


Berdasarkan riset kesehatan dasar dari Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2018, sebanyak 6.1 persen penduduk berumur setidaknya 15 tahun di Indonesia menderita depresi.

Tidak ada data persis mengenai berapa banyak dari populasi ini yang menderita gangguan depresi mayor, namun diasumsikan bahwa proporsinya cukup besar.

Selanjutnya, berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2019, terdapat 1800 jiwa/tahun yang meninggal akibat bunuh diri.

Ketika 23.2 persen dari kalangan ini menyandang penyakit jiwa.

Sebagai keberlanjutkan komitmen Johnson & Johnson di Indonesia terhadap peningkatan kepedulian atas kesehatan jiwa, maka pada tanggal 4 dan 14 Desember 2021, telah melaksanakan Depression Awareness Campaign 'Kupas Tuntas Mengenai Depresi' secara virtual.

Istilah depresi sudah tidak asing lagi bagi kita. Depresi adalah perasaan sangat sedih atau suasana hati yang buruk.

Sebagian besar dari kita pernah merasakannya.

Pada sebagian orang, depresi dapat reda dan tidak berdampak, namun bagi yang lain depresi dapat menjadi gangguan berat hingga berdampak pada kesehatan mentalnya dan perlu diwaspadai kemungkinan menderita Gangguan Depresi Mayor.

Dalam ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri, untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan depresi mayor, perlu diketahui apa saja gejala-gejala yang dialami.

Gangguan depresi mayor tidak hanya merupakan gangguan emosional atau suasana hati, namun umumny ajuga menunjukkan gejala fisik, psikis, dan sosial yang khas.

Gejala dan Penanganan Depresi

ILUSTRASI - Kesehatan Mental (freepik.com)


Beberapa gejala gangguan depresi mayor adalah rasa sedih yang terus menerus, pesimis, rasa tidak berdaya, gampang tersinggung, insomnia, sulit makan, menarik diri hingga melakukan usaha bunuh diri.

Sebagai suatu penyakit, gangguan depresi mayor dapat ditangani dengan benar oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan jiwa profesional.

Selain itu, keluarga dan pendamping juga berperan penting dalam kesembuhan pasien.

Penanganan gangguan depresi mayor mungkin membutuhkan kombinasi dari psikoedukasi, psikoterapi, pengobatan atau farmakoterapi (menggunakan antidepresan yang tersedia dalam bentuk tablet, semprotan hidung (nasal spray), dan sebagainya), dan neurostimulasi.

Baca: WHO Kembali Umumkan 7 Gejala Baru Virus Corona: Mulai dari Gampang Marah hingga Depresi

Baca: 5 Cara untuk Menjadi Produktif Bahkan Ketika Berjuang dengan Depresi & Tidak Punya Motivasi

Contoh neurostimulasi adalah repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) dan Electroconvulsive Therapy (ECT).

Jika kamu, keluarga, atau temanmu mengalami gejala-gejala yang disebutan di atas dan mencurigai adanya gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri, segeralah berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional.

Seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog.


(Tribunnewswiki.com/Natalia Bulan R P)

Baca artikel lainnya terkait Kesehatan Mental selengkapnya di sini



Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer