Pasca-meninggalnya Gilang Endi, UNS Solo untuk sementara menghentikan kegiatan Diklat Menwa tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Sutanto.
Sutanto menjelaskan bahwa kegiatan Diklat Menwa yang dimulai pada 23 Oktober 2021 itu seharusnya berakhir pada 31 Oktober 2021.
Dikarenakan ada korban jiwa dalam kegiatan tersebut, maka untuk sementara kegiatan Diklat Menwa dihentikan sementara.
"Memang sudah kita hentikan. Kegiatan kita hentikan dulu semuanya. Mahasiswa untuk segera balik dulu. Karena seharusnya sampai 31 Oktober sejak kemarin sudah kita minta stop dulu," kata Sutanto di Solo, Senin (25/10/2021), dikutip TribunnewsWiki dari Kompas.com.
Sutanto juga menjelaskan bahwa UNS akan mengevaluasi terkait kegiatan Diklat Menwa yang menyebabkan salah satu peserta meninggal dunia.
Dia menegaskan piihaknya akan mendasarkan pada bukti otentik yang bisa dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun medis.
"Prinsipnya kita menjaga dulu praduga tak bersalah sebelum nanti informasi lengkap dari pihak kepolisian," terangnya.
"Karena tadi saya mendapat informasi sudah diautopsi tapi masih menunggu dari dokter RS Bhayangkara juga dihadirkan di situ sehingga semuanya akan lebih terang benderang," ujar Sutanto.
Baca: Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
Baca: Mengenal Sejarah Universitas Sebelas Maret di Museum UNS, Dulunya Gabungan Universitas di Surakarta
Sutanto juga menyampaikan, pihaknya juga sangat berduka atas meninggalnya Gilang Endi.
Dia mengatakan, kampus akan mengambil langkah tegas jika memang ditemukan ada kesalahan SOP terkait pelaksanaan kegiatan Diklatsar Menwa.
"Kami shock betul dengan kejadian seperti ini. Kami turut berduka betul apalagi bisa merasakan sedihnya keluarga. Kalau memang ada yang salah prosedural nanti pasti kita akan melangkah lebih jelas untuk mengambil tindakan itu," ungkapnya.
Sampai dengan saat ini, pihaknya masih menunggu dari kepolisian.
"Saya lihat kepolisian sangat profesional. Mencari alat bukti mulai dari helm yang dipakai, kan ada penyematan helm sama senjata-senjatanan tadi sudah dicek semua," bebernya.
"Sampai yang dipakai untuk ngompres itu mana, karena katanya juga sempat dikompres," tuturnya.
"Lha dikompresnya pakai handuk yang mana itu sama pihak kepolisian dicek semua urut semua kejadiannya. Jadi saya lihat ini sangat profesional," ucapnya.
"Kami menunggu dari pihak kepolisian dan dokter yang melakukan autopsi," kata Sutanto.
Diberitakan sebelumnya, Seorang mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Solo, Jawa Tengah, berinisial GE meninggal dunia diduga setelah mengikuti kegiatan Pendidikan dan Latihan (Diklat) Resimen Mahasiswa (Menwa) pada Minggu (24/10/2021).
Kasatreskrim Polresta Surakarta AKP Djogan Andika membenarkan kematian mahasiswa itu.
GE diketahui merupakan warga Dusun Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
"Pada intinya benar ada kejadian tersebut," kata Djohan, Senin (25/10/2021), seperti dikutip dari Tribun Solo.
Baca: Museum Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
Kabar meninggalnya GE diketahui keluarga pada Senin (25/10/2021) sekira pukul 02.00 WIB.
Paman GE, Sutarno menjelaskan bahwa awalnya ada 2 orang yang datang ke rumah sekitar pukul 02.00 WIB.
"Ada dua orang yang datang, sepertinya mahasiswa, datang mencari rumah Pak Nardi, ayahnya, jam 02.00 WIB," kata Sutarno, Senin.
Sutarno berujar kedua orang tersebut tidak menjelaskan maksud menemui ayah GE, dan hanya mengatakan bahwa ada hal penting.
"Kemudian, orang tuanya diajak ke Rumah Sakit Moewardi, dan jam 03.00 WIB ada kabar datang ke sini, kalau GE meninggal dunia," katanya menjelaskan.
Sutarno menyebutkan bahwa mulanya keluarga merasa tidak curiga terhadap penyebab kematian GE.
Oleh karena itu, orang tua GE memutuskan untuk tidak dilakukan autopsi, serta tidak melihat kondisi jenazah.
"Kondisi jenazah memang tidak diperiksa karena tidak tega. Inginnya segera dibawa pulang," ucap Sutarno.
Baca: Tertimpa Rumah Ambruk, Ibu dan Anak di Kalideres Ditemukan Meninggal dalam Kondisi Berpelukan
Kemudian jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 06.00 WIB, Senin (25/10/2021).
Saat di rumah, kata Sutarno, keluarga kemudian memeriksa kondisi korban.
Keluarga baru mengetahui bahwa kondisi GE ternyata penuh dengan luka, terutama pada bagian wajah.
"Yang terlihat bagian mata lebam, bawah mata sudah menghitam, bibir juga berdarah, selain itu juga keluar cairan bening di kepala bagian belakang," ujar Sutarno.
Bersamaan dengan kedatangan polisi ke rumah duka, keluarga pun memutuskan agar dilakukan autopsi terhadap jenazah guna mengetahui penyebab kematian GE.
"Akhirnya keluarga memutuskan untuk melakukan autopsi, dan pagi tadi diberangkatkan ke Rumah Sakit Moewardi," kata Sutarno.
(tribunnewswiki.com/Rakli Almughni)
Baca lebih lengkap seputar berita terkait lainnya di sini