Kisah Amerika Serikat Berhasil Memenangkan Perang Revolusi berkat Vaksinasi

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Perang Revolusi Amerika

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Vaksinasi dianggap berperan penting bagi Amerika Serikat (AS) dalam memenangkan Perang Revolusi.

Perang Revolusi Amerika atau Perang Kemerdekaan Amerika berlangsung tahun 1775 hingga 1783.

Dalam perang itu sebanyak tiga belas koloni di Amerika berperang melawan Inggris.

Dikutip dari The New York Times, (3/10/2021), koloni Amerika mungkin akan jauh lebih sulit perjuangannya jika saat itu tidak ada kewajiban vaksinasi bagi anggota militer.

Pada tahun 1777, ketika perang berlangsung, wabah cacar menjadi masalah besar.

Cacar mengancam tentara Amerika sehingga George Washington, salah satu pendiri AS, menganggap penyakit itu dapat menghalangi revolusi yang sedang berlangsung.

Wabah cacar bahkan pernah dilaporkan menyebabkan kekalahan pasukan Amerika.

Agar kekalahan ini tidak terulang, Washington memerintahkan adanya vaksinasi.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 4 Desember: George Washington Ucapkan Selamat Tinggal kepada Perwiranya

George Washington (Wikimedia Commons)

Vaksinasi dijalankan secara diam-diam sehingga Inggris tidak akan mendengar jumlah orang Amerika yang jatuh sakit.

Semua pasukan yang belum pernah terjangkit cacar harus divaksin.

Upaya itu berhasil karena jumlah kasus cacar turun drastis.

Imbasnya, pasukan yang dipimpin oleh Washington berhasil bertahan melawan pasukan Inggris yang saat itu dianggap sebagai terkuat di dunia.

Bahkan, vaksinasi dianggap sama pentingnya dengan langkah-langkah militer yang dikeluarkan selama perang.

Namun, dengan metode vaksinasi saat itu, dilaporkan terdapat 2 hingga 3 persen penerima vaksin yang meninggal.

Beberapa dasawarsa kemudian, proses vaksinasi menjadi makin aman sehingga mulai diikuti oleh masyarakat umum selain militer.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 9 Desember: Penyakit Cacar Resmi Dinyatakan Hilang dari Muka Bumi

Sekilas sejarah vaksin cacar

Dikutip dari Britannica, pada abad ke-18 penyakit cacar meluas dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi.

Satu-satunya cara mencegah cacar adalah dengan menggunakan bentuk vaksinasi primitif bernama variolasi.

Praktik ini berasal dari Cina dan India dan dilakukan dengan cara menginfeksi orang sehat menggunakan "materi" yang diambil dari pasien bergejala ringan.

Sayangnya, meski sudah menggunakan cara ini, kematian masih sering terjadi.

Beberapa keluarga Eropa menggunakan praktik ini pada anak mereka dengan dosis kecil agar kelak kebal terhadap cacar.

Teknik inokulasi ini dipopulerkan oleh Putri Mary Wortley Montagu.

Dua anak Pangeran Wales juga diinokulasi pada 1723 agar bisa mengamankan suksesi kekuasaan.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 14 Mei 1796: Edward Jenner Mengujicoba Vaksin Cacar pada Manusia

Suatu ketika, seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner mendengar kisah tentang para perempuan pemerah susu dan lainnya yang terkena cacar sapi, tetapi hanya bergejala ringan.

Mereka terjangkit penyakit itu karena berdekatan dengan sapi, tetapi tidak pernah menjadi korban cacar yang mematikan.

Edward Jenner menguji coba vaksin cacar tanggal 14 Mei 1796 (Ernest Board)

Edward kemudian memutuskan menginokulasi putranya yang berumur 1,5 tahun dengan cacar babi, setelah itu dengan cacar.

Berkat inokulasi itu, putranya tidak terjangkit cacar.

Setelah berhasil menginokulasi putranya, Edward mencoba inokulasi dengan cacar sapi.

Pada 14 Mei 1796 dia mengambil cairan lepuh cacar sapi dan memasukkannya ke dalam kulit bocah berumur delapan tahun bernama James Phipps.

Sebuah lepuh muncul pada titik pemasukan, tetapi James segera sembuh.

Pada 1 Juli Edward Jenner menginokulasi James lagi, kali ini menggunakan materi cacar.

Tidak ada penyakit yang muncul dan vaksin sukses diujicoba.

Para dokter di seluruh Eropa segera menggunakan teknik vaksinasi ala Edward Jenner dan jumlah penyakit cacar turun drastis.

Pada abad ke-19 dan ke-20, para ilmuwan menggunakan model milik Jenner untuk membuat berbagai vaksin baru demi melawan penyakit-penyakit mematikan.

(Tribunnewswiki/Tyo)

Baca berita lainnya tentang vaksinasi di sini.



Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer