Namun, lebih dari itu yakni soal kepercayaan dan kebohongan publik.
Lesti dan Billar mengumumkan menikah secara siri sejak bulan Januari 2021 lalu.
Hal itu disampaikan ketika Lesti diisukan hamil terlabih dahulu.
Padahal, gelaran acara akad nikah disiarkan secara langsung di televisi pada 19 Agustus 2021.
Hal tersebut membuat netizen marah karena merasa dikhianati.
Dikutip dari Kompas.com, Nina menjelaskan kemarahan netizen akan kabar ini merupakan hal yang wajar.
Sebab apa yang dilakukan Leslar adalah kebohongan publik.
"Jika ditanya apa ruginya netizen jika Leslar sudah menikah duluan? Acara yang dipermasalahkan adalah akad nikah yang dilakukan secara live," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat atau netizen bukan sedang bergantung pada kehidupan orang lain, namun cenderung mencari panutan.
"Publik memiliki trust (kepercayaan) terhadap tokoh yang dianut. Ketika orang yang diberi kepercayaan untuk dianut tidak sesuai kenyataan, publik marah," kata dia.
Selain itu, ada pula masalah etik yang menyangkut penayangan acara akad nikah Leslar di televisi.
Secara umum kebohongan tidak bisa diterima masyarakat, apalagi jika dilakukan pada khalayak luas.
"Ingat ya, acara (pernikahan Leslar) tersebut, ada yang disiarkan di media penyiaran yang menggunakan frekuensi publik saja sudah tidak etis. Apalagi frekuensi publik digunakan untuk menyebarkan berita bohong," tegas Nina.
Baca: Pihak KUA Sebut Tak Ada Keterangan Sudah Nikah Siri dari Pasangan Rizky Billar dan Lesti Kejora
Baca: Meski Sudah Nikah Siri, Lesti-Billar Tetap Gelar Rangkaian Acara Pernikahan, Keluarga: Buat Fans
Maka dari itu, apa yang terjadi dalam kasus Leslar ini bukanlah persoalan tidak sesuai harapan penggemar, penonton atau masyarakat saja.
Akan tetapi, juga masalah kebohongan publik.
Kemudian, netizen juga bisa merasa ingin marah karena sudah menghabiskan kuota internet serta membuang waktu untuk menonton acara pernikahan Leslar yang digelar di televisi.
Padahal acara itu, bukanlah gelaran resmi pernikahan pertama.
"Persoalannya, acara tersebut bukan diberi judul sebagai reality show melainkan liputan langsung," tambahnya.
Nina menjelaskan bahwa walaupun reality show merupakan kisah nyata kehidupan sehari-hari, namun dalam produksinya reality show menggunakan skenario.
Sedangkan, acara liputan langsung tidak menggunakan skenario yang ketat.
Kemudian, acara lamaran disiarkan di platform digital, sehingga kejadian ini bisa dikenakan UU ITE yang mengatur tentang berita bohong.
"Makanya, acara yang dibuat harus disesuaikan dengan nama acara atau genre-nya," tutur Nina.
Belajar dari polemik ini, Nina mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu mudah mempercayai tokoh dan kisahnya dalam berbagai serial di televisi.
Terlebih jika sudah tahu bahwa serial atau program tersebut hanyalah buatan atau setting-an saja.
"Pada acara setting-an, memang masyarakat harusnya tidak menaruh trust (kepercayaan) pada si tokoh, mereka tahu itu hiburan," jelasnya.