Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Museum Pusaka Nias merupakan sebuah museum umum yang dimiliki dan dikelola oleh Yayasan Pusaka Nias.
Pembangunan museum ini dilatarbelakangi dari salah seorang Misionaris Gereja Katolik bernama pastor Johannes M. Hammerle, OFMCap, dimana mulai mengoleksi benda-benda budaya, seni dan sejarah masyarakat Nias sejak tahun 1972.
Seiring berjalannya waktu, jumlah koleksinya kian meningkat dan dengan teliti ia mencatat nama dan kegunaannya masing-masing.
Dari banyaknya koleksi yang ia miliki tersebut, Pastor Johannes kemudian mengusulkan kepada Dewan Ordonya yakni Ordo Kapusin Provinsi Sibolga agar mendirikan Museum Nias.
Pada tanggal 28-30 Juli 1990, Pastor Hadrian Hess, OFMCap menyampaikan suatu ceramah kepada kapitel Ordo Kapusin Provinsi Sibolga, tentang pentingnya dalam melestarikan budaya serta mendirikan museum Nias.
Selanjutnya, dalam rapat pleno Ordo Kapusin Provinsi Sibolga diputuskan bersama untuk membangun Museum Nias yang berlokasi di Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Lokasi tersebut dipilih lantaran di Kota Gunungsitoli lah, mayoritas generasi muda Nias melanjutkan studinya.
Ordo Kapusin Provinsi Sibolga mempercayakan pengurusan dan pendirian museum ini kepada Pastor Johannes.
Museum ini sendiri memiliki benda koleksi museum jumlah sekitar 6.500 koleksi benda dan pakaian, yang mengandung banyak sekali sejarah bagi warga pulau Nias. (1)
Baca: Museum Pusaka Karo
Baca: Museum Pusaka TMII
Koleksi
Menyuguhkan berbagai artefak sebagai bukti material yang menggambarkan keagungan seorang Ono Niha pada masa lalu, mulai dari kehidupan pribadi, dalam keluarga, dalam masyarakat serta sisi religius yang berkaitan dengan dunia dan kepercayaannya.
Artefak-artefak itu berkaitan pula dengan dimensi kehidupan yang agung (Molakhomi), terhomat (mosumange) dan tegas/keras (mosofu).
Menyajikan bukti-bukti material yang digunakan dalam pesta seputar kejelasan dan peneguhan status.
Bukti tersebut, mulai dari berbagai bentuk perhiasan dan barang-barang berharga lainnya, peralatan dapur, dan peralatan jamuan yang terbuat dari kayu, batu, dan keramik.
Selain itu, ada pula rumah adat dengan berbagai ukiran dan monumen di sekitarnya sebagai simbol status yang tinggi.
Beraneka takaran, pakaian, dan tempat duduk yang sekaligus sebagai usungan ketika prosesi pesta adat, sampai berbagai bentuk peti jenazah sebagai akhir dari kehidupan di dunia, serta artefak yang dipakai untuk perayaan dan ritus religi kuno.
Hidup keseharian orang Nias tidak saja diisi dengan hal-hal yang istimewa.
Seperti halnya masyarakat dari suku bangsa lain, Ono Niha juga menjalani kehidupan sehari-hari dengan berbagai kegiatan rutin.
Kehidupan sehari-hari Ono Niha tersebut dapat dijumpai dalam ruangan ini, mulai dari tempat hunian, peralatan, hingga teknologi rumah tangga, kesenian, pertanian, pertukangan, perburuan kepala manusia, perburuan hewan untuk makanan dan lain sebagainya.
Peristiwa penting dalam kehidupan orang Nias diabadikan melalui batu, berikut alasannya:
Me kara lo tebulo-bulo (Karena batu tak pernah berubah)
Me kara lo maoso-maoso (Karena batu tak pernah bergerak)
Kara toroi ba nahia (Batu tetap tinggal pada tempatnya)
Kara sahono boto (Batu yang indah dan selamanya kekal)
Di ruangan ini tempat diselenggaraknnya kegiatan pameran temporer, ceramah, audio visual, diskusi untuk pendidikan pusaka bagi pengunjung, dan lainnya. (2)
Fasilitas
Museum Nias Café adalah restoran populer yang menyajikan minuman, makanan ringan dan pilihan hidangan lezat.
Kafe ini terletak di kawasan taman yang indah di Museum yang menghadap pinggir laut di Gunungsitoli.
Museum Pusaka Nias memiliki kebun binatang kecil yang menampilkan sejumlah hewan asli dari Pulau Nias.
Museum Pusaka Nias ialah satu-satunya museum di Pulau Nias dan memiliki koleksi sebagian besar benda-benda yang berkaitan dengan budaya dan sejarah Nias, yang bertempat di empat paviliun besar.
Museum Pusaka Nias menawarkan para pengunjung kesempatan unik untuk tinggal di sebuah rumah adat Nias yang terletak di kompleks museum.
Rumah-rumah ini merupakan bangunan asli dengan gaya ‘Omo Hada’ yang telah dipindahkan ke Museum dan diperbarui dengan fasilitas modern untuk meningkatkan kenyamanan. (3)
Baca: Museum Kota Langsa
Baca: Museum Nyah Lasem