Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Museum Pusaka Karo merupakan museum khusus yang dibangun atas gagasan dari seorang misionaris Belanda bernama Joosten Leonardus Edigius.
Gedung Museum Pusaka Karo sendiri merupakan bekas Gereja Katolik Santa Maria.
Museum ini dibangun pada tahun 2010 kemudian dilakukan peresmian pada tanggal 9 Februari 2013 oleh Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahman Sya dan Lisa Tirto.
Dikelola oleh Yayasan Pusaka Karo, koleksi dari Museum Pusaka Karo berupa benda pusaka asli Karo yang disumbangkan atau dititipkan oleh masyarakat Karo.
Lokasi museum ini terletak di Jalam Perwira, Gundaling I, Berastagi, Gundaling I, Kec. Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. (1)
Baca: Museum Karo Lingga
Baca: Kabupaten Karo
Visi & Misi
Tersedianya informasi tentang kebudayaan suku Karo juga sebagai wadah atau rumah untuk pelestarian ragam pusaka dan cagar budaya Karo.
1. Mengumpulkan, merawat, mendokumentasikan, memamerkan dan melestarikan benda-benda cagar budaya Karo secara sah dan terjamin.
2. Melakukan kegiatan preservasi dan konservasi benda pusaka atau cagar budaya Karo.
3. Melengkapi sarana prasarana yang menunjang kegiatan preservasi dan konservasi benda pusaka Karo.
4. Mewujudkan pembangunan yang bernuansa budaya melalui kerjasama dengan pelbagai pihak demi menciptakan rasa kepedulian akan sejarah dan kebudayaan tanah air. (2)
Koleksi
Museum Pusaka Karo menyimpan koleksi sebanyak 800 buah benda antik yang berasal dari tahun 1700-an.
Terdapat berbagai alat pertanian, pertukangan serta alat berburu yang dipamerkan, yakni amak mbelang dan amak cur (sejenis tikar yang dianyam) serta tempat menyimpan dan menumbuk sirih dengan aneka ragam dan ukiran.
Kemudian, terdapat padung-padung atau anting-anting yang biasa digunakan perempuan Karo, serta topeng-topeng raksasa untuk menari gundala-gundala.
Di museum ini juga ditemukan koleksi Pustaka Lak-lak, yaitu buku aksara kuno milik Suku Karo yang terbuat dari kulit kayu beraksara Karo asli dan berisi mantra-mantra yang ditulis dengan tinta dari getah kayu.
Pustaka Lak-lak ini terdiri dari banyak buku berukuran kecil, sedang hingga ukuran besar yang dulunya sempat dibawa Belanda dari Tanah Karo. (3)
Baca: Museum Pusaka TMII
Baca: Museum Rakyat Hulu Sungai Selatan