Mereka melancarkan protes lantaran adanya video penyiksaan buaya di salah satu penangkaran milik Hermes.
Dokumentasi video tersebut dirilis oleh Kindness Project, di Northern Territory, Australia.
Dalam video tersebut, terlihat para buaya dikurung dalam kandang beton.
Mereka ditikam, ditembak dan dimutilasi ketika mereka masih berada dalam kondisi sadar.
Hermes sendiri berencana untuk memperluas penangkaran buaya air asin di wilayah tersebut.
Hingga kini, terdapat 50.000 ekor buaya yang ada di tempat tersebut.
Kulit-kulit buaya yang dikuliti ini kemudian akan diproduksi menjadi tas berharga jutaan rupiah.
Berdasarkan informasi Kindness Project, 60 persen kulit buaya berasal dari Australia, dengan dua pertiganya berasal dari Northern Territory.
Baca: Hermès (Brand)
Dikutip dari Inside Retail Asia, para aktivis PETA berorasi di luar toko Hermes di beberapa daerah termasuk Paris, London, dan New York.
Mereka mengenakan topeng buaya, memegang tas tangan dan diberikan sentuhan darah palsu.
Mereka meminta Hermes untuk menghentikan perlakuan buruk terhadap hewan.
“Gambar-gambar ini terlihat seperti langsung dari film horor dan mengingatkan kita pada apa yang sudah kita ketahui: industri kulit eksotis adalah bisnis yang berdarah dan kejam,” kata Direktur Internasional Program PETA Mimi Bekhechi.
PETA akan terus mendorong pihak Hermes untuk bergabung dengan banyak desainer yang sudah tidak lagi menggunakan kulit binatang dan kini menggunakan bahan yang inovatif, etis, dan berkelanjutan.
PETA menjadi salah satu pemegang saham Hermes pada tahun 2015 yang bertujuan untuk melawan kekejaman di peternakan reptil di Texas dan Zimbabwe.
Pada tahun 2016 silam, PETA juga memperlihatkan kondisi burung unta muda yang buruk di pemasok Hermes dan pada tahun 2017 kondisi buaya yang buruk dari para pemasok di Vietnam.
SIMAK ARTIKEL SEPUTAR HERMES DI SINI