Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Komodor Udara (Anumerta) R. Iswahyudi (R. Iswahjoedi) merupakan salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai perintis TNI AU Indonesia bersama rekan-rekan lainnya.
Iswahyudi dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 15 Juli 1918.
Ia menikah dengan Ny. Suwarti, putri seorang Asisten Wedana di Slawi, Kabupaten Tegal pada tanggal 27 Maret 1944, setelah sebelumnya bertemu pada tahun 1943 dalam sebuah permainan tenis di Surabaya.
R. Iswahyudi meninggal dunia di Perak, Malaysia, Malaya, pada 14 Desember 1947, ketika menginjak usia 29 tahun. (1)
Baca: Sugiyono Mangunwiyoto
Baca: Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Pendidikan
Iswahyudi mengawali pendidikannya di bangku sekolah dasar dengan bersekolah di HIS atau sekolah dasar untuk pribumi.
Kemudian, ia meneruskan studinya di MULO atau sekolah menengah pertama zaman kolonial Belanda.
Setelah lulus dari MULO, Iswahyudi melanjutkan sekolah di AMS atau sekolah menengah atas di Malang.
Usai menamatkan pendikannya di AMS, Iswahyudi kemudian menempuh pendidikan selanjutnya ke sekolah kedokteran di Surabaya.
Selama bersekolah di sana, Iswahyudi mulai tertarik dalam hal penerbangan, sehingga ia memutuskan berhenti dari sekolah dokternya dan bergabung dalam Sekolah Perwira Militer di Kalijati pada tahun 1941.
Setelah berhasil lulus, Iswahyudi mendapatkan Brevet Militair Klein, yakni Lisensi Pilot Militer Junior. (2)
Baca: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
Kiprah
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, yajni tahun 1942, para lulusan terbaik dari akademi militer dipindahkan ke Eropa dan Australia, salah satunya Iswahyudi.
Ia bersama lulusan terbaik lainnya dipindahkan ke Australia dan menjalani pendidikan serta misi lebih lanjut.
Namun, Iswahyudi merasa kurang puas selama berada di Australia, sehingga ia meminta untuk kembali ke Hindia Belanda menggunakan perahu karet.
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Iswahyudi turut membantu warga Surabaya untuk mempertahankan kota.
Ia mengamankan pesawat dan senjata Jepang yang telah dibawa ke Tanjung Perak.
Iswahyudi pun bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan di Yogyakarta.
Berdasarkan instruksi Adisucipto, komodor udara Indonesia, Iswahyudi dan rekannya Iman Suwongso telah cakap menerbangkan pesawat sendiri terhitung mulai 1 Januari 1946.
Pada 7 Februari 1946, Iswahyudi dan Iman Suwongso diangkat sebagai pengajar.
Pada 23 April 1946, Iswahyudi ditunjuk sebagai salah satu dari tiga pilot yang mengawal dua perwira senior, Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan Mayor Jenderal Sudibyo.
Iswahyudi mengawal keduanya dalam perundingan dengan Sekutu mengenai pengembalian tawanan perang.
Pada Desember 1947, Iswahyudi dan Komodor Udara Halim Perdanakusuma terbang ke Bangkok menggunakan pesawat Avro Anson.
Tujuannya untuk membuat kesepakatan dengan pedagang senjata Singapura dan membangun hubungan dengan pejabat pemerintah Singapura dan Thailand. (2)
Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Halim Perdanakusuma
Baca: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU)
Akhir Hidup
Ketika perjalanan pulang menuju Indonesia, 14 Desember 1947, pesawat yang diterbangkan Iswahyudi mengalami kegagalan struktur yang akhirnya jatuh di Tanjung Hantu, Malaysia.
Setelah insiden tersebut, jenazah Iswahyudi dikabarkan belum ditemukan.
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus mengenang jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keppres No. 063/TK/1975.
Namanya juga diabadikan menjadi nama landasan udara (Lanud), yaitu Lanud Iswahyudi yang berada di Madiun. (2)
Baca: Museum Perjuangan TNI
Baca: Hazairin Harahap