Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sunan Giri merupakan salah satu anggota dari Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.
Ia adalah putra dari Syekh Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu yang lahir pada 1365 Saka di Blambangan, Banyuwangi.
Dirinya merupakan anak keturunan dari ulama Gujarat India dan Kerajaan Hindu yang berada di Blambangan.
Sunan Giri kecil memiliki nama Joko Samudro, namun ketika sudah beranjak dewasa ia berganti nama menjadi Raden Paku.
Akan tetapi dirinya lebih populer dengan sebutan Sunan Giri.
Semasa hidupnya ia gunakan untuk berdakwah menyebarkan Islam di tanah Jawa dan Nusantara.
Selain itu, ia juga mendirikan kerajaan Giri Kedhaton yang berada di Gresik. (1)
Baca: Sunan Kalijaga
Asal Usul Sunan Giri
Ayah Sunan Giri, Syekh Maulana Ishaq merupakan anak dari ulama Gujarat India.
Sedangkan Ibunya, Dewi Sekardadu merupakan anak dari Raja Kerajaan Hindu di Blambangan, Banyuwangi.
Saat itu Syekh Maulana Ishaq ingin menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dirinya yang masih saudara dan miiliki ikatan darah dengan Sunan Ampel pun meminta nasihatnya.
Sunan Ampel pun menyarankan Syekh Maulana Ishaq untuk berdakwah di Blambangan Banyuwangi.
Sesampainya di Blambangan, ternyata kondisi wilayah tersebut masyarakatnya sedang terjangkit wabah, tak terkecuali putri Raja Blambangan, Dewi Sekardadu.
Baca: Sunan Gresik
Karena masalah ini kemudian sang raja membuat sayembara, siapapun yang berhasil menyembuhkannya jika ia laki-laki akan dijadikan menantu dan jika ia perempuan maka akan diangkat menjadi anak.
Raja Blambangan pun memerintahkan anak buahnya untuk mencari orang sakti yang bisa menyembuhan putrinya itu.
Anak buahnya kemudian menemukan Resi Kandayana, akan tetapi sang resi itu malah menyarankan untuk meminta bantuan kepada Syekh Maulana Ishaq karena dia memiliki keahlian dalam pengobatan.
Hingga kemudian pasukan kerajaan itu pun mencari Syekh Maulana Ishaq.
Baca: Khalid bin Walid
Mengetahui hal ini, Syekh Maulana Ishaq pun bersedia membantu mengobati putri raja itu asalkan jika hal itu berhasil maka semua keluarga kerajaan harus bersedia pindah ke agama Islam.
Ternyata Syekh Maulana Ishaq berhasil menyembuhkannya, dan anggota keluarga kerajaan pun memeluk agama Islam.
Akan tetapi berbeda dengan sang raja yang dengan berat hati tidak mau masuk ke agama Islam.
Bahkan sang raja itu malah memerintahkan pasukannya untuk menghalang-halangi dakwah dari Syekh Maulana Ishaq dan membunuhnya.
Syekh Maulana Ishaq yang terancam pun memutuskan untuk kembali ke Pasai.
Baca: Abu Lahab
Di saat yang sama sang istri, Dewi Sekardadu sedang mengandung anaknya dan tinggal di istana.
Setelah bayi itu lahir, sang raja memerintahkan agar bayi itu di hanyutkan di Selat Bali.
Hingga akhirnya bayi itu ditemukan oleh kapal saudagar kaya dari Gresik, Nyai Ageng Pinatih.
Nyai Ageng Pinatih yang tidak memiliki anak kemudian mengangkat bayi itu sebagai anaknya dan memberinya nama Joko Samudro. (2)
Baca: Umar bin Khattab
Perjalanan Menimba Ilmu
Ketika usia Joko Samudro mencapai 7 tahun, Nyati Ageng Pinatih menitipkan anaknya itu ke Pesantren Sunan Ampel di Surabaya.
Di sana Joko Samudro tumbuh menjadi anak yang cerdas, melihat hal ini Sunan Ampel kemudian memberinya ia gelar "Maulana Ainul Yaqin".
Seiring berjalannya waktu, Sunan Ampel ingin mencari tahu identitas dari Joko Samudro itu dengan cara mendatangi ibu angkatnya.
Setelah mendapat informasi dari Nyai Ageng Pinatih, ia tersadar jika Joko Samudro itu adalah keponakannya.
Sunan Ampel yang ingat dengan pesan saudaranya jika suatu ketika bertemu dengan bayinya itu untuk memberinya nama "Raden Paku" yang bertujuan untuk menjadi paku Islam di tanah Jawa.
Akhirnya nama Joko Samudro itu diubah oleh Sunan Ampel menjadi "Raden Paku".
Baca: Abu Hurairah
Usai berguru di Ampel Denta, Sunan Ampel pun memerintahkan Raden Paku menuju ke Pasai bersama Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang) untuk belajar agama.
Kurang lebih tiga tahun Raden Paku belajar kepada ayahnya sendiri, Syekh Maulana Ishaq.
Setelah itu, sang ayah memerintahkan Raden Paku untuk kembali ke Jawa dan mengembangkan agama Islam di tanah Jawa sesuai dengan segumpal tanah yang diberikan kepadanya.
Kemudian ia pun menaati perintah ayahnya itu dan mencari tanah yang sesuai dengan tanah yang diberikan sang ayah.
Hingga ketemulah tanah itu yang berada di perbukitan di daerah Kebomas, Gresik. (3)
Baca: Umar bin Abdul Aziz
Mendirikan Pesantren Giri
Raden Paku kemudian mendirikan pesantren yang diberi nama "Pesantren Giri" di perbukitan di Sidomukti itu.
Dalam bahasa Jawa, "Giri" memiliki arti "gunung".
Setelah mendirikan pesantren itu, Raden Paku pun dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Pesantren yang didirikan itu berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa.
Tak hanya itu, pengaruh dari pesantren itu juga mencapai ke Maduram Kalimantan, Sumba, Flores, Ternate, Maluku, Madura, dan Sulawesi.
Pengaruh dari pesantrennya yang begitu luas membuat Sunan Giri dijuluki sebagai "Raja dari Bukit Giri".
Seiring berjalannya waktu, kemudian berdirilah Kerajaan Giri Kedathon di kawasan itu yang wilayah kekuasannya mencapai Gresik dan sekitarnya.
Namun kerajaan itu kemudian runtuh setelah kalah dari pasukan Sultan Agung. (4)
Baca: Al Zahrawi
Karya Seni dan Wafat
Semasa hidupnya dalam berdakwah, Sunan Giri menciptakan beberapa lagu daerah seperti Ilir-Ilir, Cublak Suweng, Asmaradana dan Pucung.
Tidak hanya itu, Sunan Giri juga dolanan bocah yang diberi nama Jelungan.
Sunan Giri wafat pada tahun Candra Sengkala, 1428 Saka di Desa Giri, Kebomas Gresik. (5)