Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Muhammad Amiruddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Nuku ialah seorang sultan asal Kesultanan Tidore yang dinobatkan gelar “Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan” pada tanggal 13 April 1779.
Pada masa peperangan melawan VOC, Nuku disebut juga sebagai Jou Barakati, yang berarti Tuan Yang Diberkahi.
Sebagai seorang Sultan, ia sudah aktif melakukan perlawanan terhadap Belanda sejak tahun 1781.
Ia merasa tidak senang terhadap intervensi VOC dalam mengangkat calon penerus Kerajaan Tidore.
Maka dari itu, Sultan Nuku pun dianggap sebagai ancaman oleh pihak Belanda.
Sultan Nuku Muhammad Amiruddin meninggal dunia pada 14 November 1805, di usianya yang menginjak 66 tahun.
Sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasanya, Sultan Nuku dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 071/TK/1995, tanggal 7 Agustus 1995. (1) (2)
Baca: Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I)
Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Pangeran Diponegoro
Masa Muda
Muhamad Amiruddin merupakan putra kedua dari Sultan Jamaluddin (1757–1779) dari Kesultanan Tidore.
Ia dilahirkan di Soasiu, Tidore pada tahun 1738, dan memiliki nama masa kecil yaitu Kaicil Syaifuddin.
Pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1797 – 1805), Kesultanan Tidore memiliki wilayah kerajaan yang luas yang meliputi Pulau Tidore, Halmahera Tengah, pantai Barat dan bagian Utara Irian Barat dan juga Seram Timur.
Menurut sejarah, selama hampir 25 tahun, Sultan Nuku bergumul dengan peperangan demi mempertahankan tanah airnya dan membela kebenaran.
Sultan Nuku memiliki tekad dan tujuan kuat untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah dan hidup damai dalam alam yang bebas merdeka.
Salah satu cita-citanya yakni membebaskan seluruh kepulauan Maluku, khususnya Maluku Utara (Maloko Kie Raha) dari penjajah bangsa asing.
Maka dari itu, Nuku kerap kali berpindah dari satu daerah ke daerah lain, dari perairan satu menerobos ke perairan lain.
Selain itu, ia juga turut berdiplomasi dengan Belanda maupun Inggris, hingga mengatur strategi dan taktik serta terjun ke medan perang. (1)
Baca: Kerajaan Samudera Pasai
Baca: Kerajaan Sriwijaya
Pertempuran
Pada tahun 1779, Sultan Jamaluddin yang kala itu menjadi pemimpin Kesultanan Tidore, dianggap berbahaya bagi kedudukan Belanda, sehingga ia ditangkap dan diasingkan ke Batavia.
Sesuai tradisi Kesultanan Tidore, pengangkatan raja baru harus berdasarkan dari silsilah, sehingga yang berhak menggantikan posisinya ialah putranya sendiri, Nuku.
Akan tetapi, Belanda tidak menghendaki hal itu, sehingga terjadi perlawanan pertama yang dilakukan oleh Nuku bersama adiknya, Kamaluddin, yang menentang pengangkatn Kaicil Gay Jira sebagai Sultan Tidore oleh Belanda.
Penobatan yang dilakukan oleh Belanda tersebut dinilai telah merusak tradisi Kesultanan Tidore.
Hingga akhirnya, Kamaluddin pun dinobatkan sebagai Sultan oleh untuk memimpin Kerajaan Tidore sejak tahun 1781.
Demi melakukan perlawanan karena kebijakan sewenang-wenangan belanda, Nuku membentuk kekuatan untuk melawan pihak Belanda dengan membangun kora-kora di daerah sekitar Pulau Seram dan Irian Jaya.
Selain itu, ia juga mendirikan basis pertahanan di Seram Timur pada tahun 1781.
Kemudian pada tahun 1787, Belanda menyerbu Seram Timur demi menggugurkan Nuku dan pasukannya, sehingga basis pertahanan Nuku di Seram Timur berhasil direbut.
Akibatnya, Nuku mengalihkan basis pertahanannya ke Pulau Gorong, dimana hal tersebut justru membuat Belanda sulit menaklukkannya, bahkan kompeni Belanda banyak mengalami kekalahan.
Rupanya, hal itu dikarenakan Sultan Nuku yang bekerja sama dengan orang-orang Inggris denganmenghasut mereka agar mengusir orang-orang Belanda.
Kekuatan pasukan Sultan Nuku pun semakin meningkat setelah mendapat perlengkapan perang dari Inggris.
Karena banyak mengalami kekalahan, VOC pun mengajukan tawaran berunding dengan Nuku yang berujung penolakan tegas darinya.
Pada tahun 1796, pasukan Nuku berhasil merebut dan menguasai Pulau Banda, kemudian mereka juga berhasil merebut Tidore yang dipimpin oleh Sultan Kamaluddin.
Sepeninggal Sultan Kamaluddin, rakyat Tidore menunjuk Nuku untuk dijadikan sebagai Sultan Tidore. (2)
Baca: Universitas Nuku Tidore (UNNU)