Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Atha bin Abi Rabah merupakan alim ulama yang hidup di masa Dinasti Umayyah.
Atha lahir dari rahim seorang ibu bernama Barokah di Al Janad Yaman.
Sedang ayahnya ialah Abu Rabah Aswadan.
Sebelum menjadi ulama, Atha bin Abi Rabah merupakan seorang budak dari perempuan Makkah bernama Habibah binti Maisarah bin Abi Hutsaim.
Sebagai seorang budak, Atha bin Abi Rabah siap sedia melayani majikannya itu setiap harinya.
Di sela-sela kesibukannya itu, Atha belajar dan mendalami ajaran-ajaran agama Islam.
Melihat semangat Atha dalam belajar ilmu agama yang begitu kuat membuat Habibah memutuskan untuk memerdekakannya.
Hingga akhirnya, Atha bin Abi Rabah pun merdeka dan statusnya bukan lagi sebagai budak. (1)
Baca: Imam Abu Hanifah
Menjadi Ulama
Setelah bebas dan merdeka, Atha bin Abi Rabah mengabdikan dirinya untuk Islam.
Ia belajar ke sana ke mari untuk memperdalam ilmunya.
Pada saat itu para sahabat Nabi Muhammad saw masih banyak yang hidup dan kesempatan itu tidak ia sia-siakan.
Atha telah belajar kepada 200 lebih sahabat Nabi Muhammad saw.
Hingga kemudian keilmuannya itu semakin bertambah dan derajatnya naik menjadi tinggi.
Kesalehan dan tingginya ilmu Atha bin Abi Rabah diakui oleh ulama-ulama pada masa itu seperti Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Ja'far Al-Baqir dan Atha Al Khurasani.
Bahkan ketika Sulaiman bin Abdul Malik menjadi khalifah, Atha bin Abi Rabah diangkat sebagai mufti (penasihat) khalifah dan kemudian mendapat julukan sebagai Abu Muhammad.
Hal itu berlanjut hingga khalifah Hisyam bin Abdul Malik. (2)
Baca: Imam Syafii
Guncangnya Istana Khalifah
Kisah ini terjadi di masa khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Suatu waktu, Atha bin Abi Rabah berangkat dari Makkah ke Damaskus di mana istana khalifah berada.
Setelah hampir sampai ke istana, ia bertemu dengan temannya yang juga seorang ulama asal Persia yang bernama Atha Al Khurasani.
Kemudian keduanya pun masuk ke istana khalifah.
Ketika khalifah Hisyam bin Abdul Malik melihat Atha bin Abi Rabah datang, ia pun langsung berdiri dan membawanya untuk duduk di samping singgasananya.
Padahal singgasana ini tidak boleh di duduki oleh siapapun selain khalifah meski itu adalah anaknya sendiri.
Akan tetapi pada saat itu Atha mendapatkan keistimewaan dari sang khalifah.
Baca: Imam Muslim
Khalifah yang penasaran akan kedatangan Atha bin Abi Rabah pun menanyakan ada hajat atau keperluan apa hingga dirinya melakukan perjalanan jauh dari Makkah ke Damaskus.
Kemudian, Atha bin Abi Rabah pun menyampaikan hajat-hajatnya, pertama, keterlambatan athaya (pemberian kerajaan dari sisa hasil pendapatan negara) bagi penduduk Makkah dan Madinah.
Lalu hajat kedua, yakni keterlambatan gaji bagi para mujahidin yang menjaga wilayah perbatasan.
Kedua hajat itupun langsung dikabulkan oleh khalifah.
Hingga kemudian khalifah bertanya lagi apakah masih ada hajat yang lainnya.
Atha bin Abi Rabah kemudian berdiri di hadapan khalifah dan menyampaikan bahwa ada hajat yang lebih penting dari pada dua hajat sebelumnya itu.
Hajat itu ialah nasihatnya kepada sang khalifah.
Baca: Imam Bukhari
Atha mengatakan bahwa khalifah Hisyam bin Abdul Malik itu lahir di bumi ini sendirian dan akan mati juga dalam keadaan sendiri.
Selain itu, khalifah juga akan dihisab oleh Allah swt sendirian.
Atha juga memeringatkan agar khalifah bertakwa kepada Allah swt karena apa yang ada di sekitar kerajaan ini tidak akan bermanfaat di hari perhitungan nanti.
Menurut riwayat para ulama, nasihat tersebut telah berhasil mengguncangkan istana kerajaan.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik yang mendengar pun langsung menangis sambil memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah dan mengucapkan terima kasih kepada Atha bin Abi Rabah atas nasihatnya. (3)