Pertempuran al-Qadisiyyah

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Pertempuran al-Qadisiyyah


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM- Pertempuran al-Qadisiyyah adalah pertempuran besar antara pasukan muslim dan pasukan Persia pada periode pertama ekspansi muslim.

Pertempuran ini terjadi pada tahun 636 M dan berakhir saat penaklukan Islam atas seluruh Persia.

Penduduk Persia kemudian mengubah keyakinan mereka menjadi Islam.

Namun, pasukan muslim mengalami kekalahan pada Perang Jembatan.

Dalam kejadian itu, Umar bin Khatab membentuk pasukan di luar Madinah yang terdiri atas kaum muslim yang ingin berjihad.

Pada awalnya, Umar bin Khattab ingin memimpin sendiri pasukan pertempuran Qadisiyyah..

Namun, Umar bin Khattab diminta para sahabat untuk tetap tinggal di Madinah dan digantikan Sa'ad bin Abi Waqqash.

Alasan Amirul Mukminin menetap di Madinah adalah agar ia mengirimkan bantuan ke Iraq dan daerah sekitarnya. (1) 

Baca: Pertempuran Manzikert

Ilustrasi Pertempuran al-Qadisiyyah. (biografiku.com)

  • Surat Umar bin Khattab


Para sahabat meminta Umar bin Khattab tetap tinggal di Madinah.

Umar bin Khattab pun menuliskan satu perintah kepada panglima perang Sa'ad bin Abi Waqqash saat hendak pergi ke Persia, dalam surat itu tertulis:

"Amma ba'd. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan.

Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran.

Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian.

Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah.

Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka.

Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan di atas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan "keutamaan" kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.

Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka.

Janganlah kalian mengatakan, "Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan."

Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka.
Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat.

Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian.

Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian." (2) 

Baca: Pertempuran Karbala

Ilustrasi Pasukan Persia (umroh.com)

  • Peristiwa Pertempuran Al-Qadisiyyah


Pertempuran ini dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqash ketika diperintah oleh Umar bin Khattab untuk berjihad di Iraq.

Umar bin Khattab juga memerintah Al Mutsanna untuk menjadi pemimpin pasukan muslim yang masih ada di Iraq untuk bergabung di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash.

Sa'ad bin Abi Waqqash membawa 4.000 pasukan muslimin ke Iraq.

Sampainya di Iraq, para pasukan mendirikan tenda untuk menetap di daerah Al Qadasiyah selama satu bulan.

Jarir bin Abdullah Al Bajali akhirnya bergabung dengan pasukan tentara muslim.

Jumlah pasukan muslim bertambah mencapai 30.000 orang mujahidin.

Mendengar pergerakan pasukan muslim, Kaisar Yazdgirl III memerintah paglima perang Rustam Farrokhzad untuk menghadanya.

Rustam Farrokhzad pun menyiapkan pasukan Persia mencapai 120.000 pasukan tentara.

Pada akhirnya kedua pasukan ini bertemu di sebelah barat sungai Eufart di desa Al-Qadisiyyah.

Saat kedua pasukan bertemu, sempat terjadi perundingan antara kaum Muslimin dan pasukan Persia.

Pihak Persia, Restum Farrokhzad meminta tentara muslim mengirimkan seorang utusan untuk berunding secara langsung dengannya.

Pasukan muslim mengirim Rib'i Amir yang dikenal sebagai diplomat ulung di kalangan muslim.

Saat kedua kubu berdialong, namun tidak ada kesepakatan antara kedua kubu dan berakhir dengan pertempuran Qadisiyyah.

Dalam pertempuran ini Sa'ad bin Abi Waqqash tidak bisa memimpin secara langsung karena mengalami sakit bisul.

Namun, ia mengoordinasi pasukan untuk bertempuran dari atap sebuah rumah bersama Khalid bin Urtufah.

Hari pertama pertempuran, pasukan Persia mengalami kemenangan dan kaum muslimin hamir kalah karena pasukan tidak seimbang dengan pasukan Persia.

Pasukan Persia menggunakan gajah untuk mengahancurkan pasukan muslim dan kaum muslim sempat untuk mengalahkan gajah tersebut.

Peperangan ini berakhir pada hari kedua.

Hari ketiga, pasukan muslim kedatangan bantuan dari pasukan Syria.

Pada saat itu, kaum muslim mengalahkan gajah-gajah tersebut dengan memberikan kostum kepada kuda perang untuk menakuti gajah.

Pasukan muslim pun berhasil menakuti gajah Persia, akhirnya mereka membunuh pemimpin pasukan gajah dan sisanya melarikan diri kebelakang menabrak dan membunuh pasukan mereka sendiri.

Pasukan muslim terus menyerang sampai malam hari.

Pertempuran antara pasukan muslim dan Persia bergulir dalam kegelapan.

Saat malam itu, hanya terdengar suara pedang beradu dan dikenal sebagai malam Al Harir.

Menjelang fajar pada hari keempat, pasukan muslim mendapatkan pertolongan dari Allah dengan terjadinya badai pasir yang menimpa pasukan Persia untuk melemahkan barisan Persia.

Kesempatan ini dimanfaatkan pihak kaum Muslimin, dengan menggepur bagian barisan Persia dengan menghujamkan ratusan anak panah.

Setelah Setelah jebolnya barisan tengah pasukan Persia, panglima perang mereka Rustam pun melarikan diri dengan menceburkan diri dan berenang menyeberangi sungai.

Namun, tentara Islam Hilal bin Ullafah mengejarnya dan membunuh Rustum.

Para pemimpin pasukan Persia juga banyak yang terbunuh.

Pada akhir peperangan, pasukan Islam telah menang.

Pertempuran Qadisiyyah ini cukup penting dan kekalahan yang diderita Persia memberikan efek yang sangat besar terhadap hancurnya keyakinan yang dimiliki mereka.

Setelah perang tersebut pasukan Islam mampu merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai oleh Persia, yang dulunya setelah sempat dikuasai Islam.

Dari takluknya Persia, tentara Islam pun kemudian bisa mempersiapkan pembebasan kota-kota lain.

Dalam pertempuran ini pasukan muslimin berhasil memperoleh banyak sekali ghanimah dan senjata yang dapat dimanfaatkan untuk membuka daerah baru. (1)

Baca: Pertempuran Hittin

(Tribunnewswiki.com/ Husna)

 

 



Tanggal pertempuran 636 M


Lawan perang Pasukan Muslim dan Pasukan Persia


Lokasi Desa Al-Qadisiyyah


Sumber :


1. pecihitam.org
2. id.wikipedia.org


Editor: Febri Ady Prasetyo

Berita Populer