Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Haji Abdoel Moeis Hassan merupakan seorang tokoh pergerakan kebangsaan di Samarinda pada tahun 1940–1945, yang lahir pada tanggal 2 Juni 1924.
Abdoel Moeis Hassan juga merupakan pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Kalimantan Timur pada masa 1945–1949.
Pada tahun 1940, ia mendirikan Roekoen Pemoeda Indonesia (Roepindo), kemudian disusul mendirikan lembaga pendidikan bernama Balai Pengadjaran dan Pendidikan Ra'jat bersama A.M. Sangadji pada 1942.
Setahun usai bergabung dalam Panitia Persiapan Penyambutan Kemerdekaan Republik Indonesia (P3KRI) di Samarinda, Hassan kemudian mendirikan Ikatan Nasional Indonesia (INI) Cabang Samarinda guna menentang pendudukan Belanda di Samarinda.
Pada tahun 1947, Hassan menjadi ketua Front Nasional sebagai koalisi organisasi yang mendukung RI dan menentang federasi yang dibentuk Belanda.
Abdoel Moeis Hassan menghembuskan napas terakhirnya pada 21 November 2005 di Jakarta, ketika berusia 81 tahun. (1)
Baca: Machmud Singgirei Rumagesan
Baca: Kiai Haji Noer Ali
Pendidikan
Ketika berusia lima tahun, Abdoel Moeis Hassan bersekolah di Meisje School yang didirikan oleh Aminah Sjoekeor, wanita pejuang Indonesia asal Samarinda.
Kemudian, ia melanjutkan studinya di Instituut Het Zonnig Land dan mendapat ijazah Meet Uitgebreid Lagere School (sekolah menengah pertama).
Semenjak remaja, ia telah mengikuti aktivitas pergerakan kebangsaan di Samarinda.
Dalam pendidikan politik, Hassan mendapatkannya dari AM Sangadji, tokoh Pergerakan Penyadar. (2)
Baca: Arie Frederik Lasut
Kiprah
Pada bulan Mei 1940, Abdoel Moeis Hassan memprakarsai pendirian organisasi kepemudaan yang berhaluan kebangsaan bernama Roekoen Pemuda Indonesia (Roepindo).
Pada 1942, ketika usianya 18 tahun, Hassan bersama Sangadji mengaktifkan Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rajat (BPPR).
Sementara itu, pasca kemerdekaan Indonesia, Samarinda dan Kalimantan Timur belum bergabung dengan Republik Indonesia.
Maka dari itu, Hassan memperjuangkan nasib Samarinda dan Kalimantan Timur melalui jalur pergerakan diplomasi bernama Ikatan Nasional Indonesia (INI) serta melalui koalisi organisasi bernama Front Nasional.
Pada tahun 1946, Hassan mendirikan INI cabang Samarinda, lalu setahun setelahnya, ia terilih sebagai ketua Front Nasional.
Kedua organisasi ini mendukung Negara Republik Indonesia dan menentang pendudukan Belanda di Indonesia.
Namun sebaliknya, kesultanan di Kalimantan Timur memilih bergabung dengan Pemerintah Federasi Kalimantan Timur bentukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hubertus Johannes van Mook.
Akhirnya, pada tahun 1949, dalam Konferensi Meja Bundar, dinyatakan bahwa Kalimantan Timur bergabung ke dalam Republik Indonesia Serikat (RIS). (2)
Baca: Robert Wolter Mongisidi
Baca: Prof. Dr. Suharso
Menjabat Gubernur
Pada 30 Juni 1962, Abdoel Moeis Hassan dilantik sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur oleh Presiden Soekarno pada 10 Agustus 1962.
Selama menjabat sebagai gubernur, ia menjalankan beberapa program, salah satunya mendirikan Universitas Kalimantan Timur (Universitas Mulawarman) pada 27 September 1962.
Pada tahun 1966, sekelompok massa menuntut agar Abdoel Moeis Hassan turun dari jabatannya karena dituduh sebagai pengurus Partai Nasional Indonesia yang pro-PKI (Partai Komunis Indonesia).
Namun, tuduhan tersebut tidak terbukti benar, sehingga Hassan posisinya sebagai gubernur tetap bertahan.
Meski demikian, Abdoel Moeis Hassan memutuskan untuk berhenti dari jabatannya sebagai gubernur pada 1966.
Pernyataan mundurnya sebagai gubernur, ia sampaikan dalam Sidang Istimewa DPRD Kalimantan Timur pada 14 September 1966. (2)
Setelah pensiun sebagai pegawai negeri, Abdoel Moeis Hassan mulai aktif dalam bidang sosial dengan mendirikan Yayasan Bina Ruhui Rahayu, yang kerap mengadakan pendidikan dan pelatihan serta memberikan beasiswa bagi pelajar.
Ia juga menjadi Ketua Kerukunan Keluarga Kalimantan (K3) di Jakarta, dengan pengurusnya, yaitu mantan Ketua PBNU Idham Chalid dan mantan Ketua MUI Hasan Basri.
Hassan juga menjadi penasihat bagi pengusaha Gozali Katianda dalam mendirikan perusahaan penyelenggara umrah dan haji ONH Plus pertama di Indonesia. (1)
Baca: Maskoen Soemadiredja
Baca: Sutan Mohammad Amin Nasution