Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ibnu Al-Nafis merupakan ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang fisiologi.
Ilmuwan yang memiliki nama lengkap Ala Al-Din Abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm Al-Qarshi Al-Dimashqi tersebut lahir di Damaskus pada 1213.
Dalam ilmu agama, dirinya belajar tentang bahasa Arab, hadis, membaca dan menulis, yurisprudensi dan menghafal Alquran.
Selain itu dirinya juga belajar tentang ilmu kedokteran.
Dalam bidang kedokteran Ibnu Al-Nafis ahli dalam fisiologi.
Fisiologi ialah ilmu yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan.
Ibnu Al-Nafis menjadi fisiologi terkemuka pada abad ke-13, akan tetapi kehebatan itu baru terungkap pada abad ke-20. (1)
Baca: Ibnu Haitham
Temuan Ibnu Al-Nafis
Dalam kariernya sebagai dokter, Ibnu Al-Nafis adalah dokter pertama yang berhasil merumuskan dasar-dasar sirkulasi melalui temuannya dalam sirkulasi jantung, paru-paru dan kapiler.
Hal itu adalah capaian yang tinggi pada abad ke-13 M.
Atas temuannya tersebut ia dianugerahi gelar sebagai "Bapak Fisiologi Sirkulasi".
Temuan tersebut sekaligus mematahkan klaim barat Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang menyebut dirinya sebagai pencetus teori sirkuliasi paru-paru pada abad ke-16 M. (2)
Baca: Ibnu Sina
Karya Ibnu Al-Nafis
Di usianya yang ke-29 tahun, Ibnu Al-Nafis telah berhasil mempublikasikan bukunya bertajuk "The Commentary on Anatomy di Canon Avicenna", yang mencakup pandangannya pada sirkulasi paru-paru dan jantung.
Buku lain yang ia tulis yakni "Sharh Al-Adwiya Al-Murakkaba", komentar Al-Nafis terhadap buku karya Ibnu Sina yang berjudul "Canon of Medicine".
Selain fisiologi, ia juga seorang ilmuwan yang menunjang kedokteran eksperimental, ahli bedah manusia dan postmortem otopsi.
Tak hanya itu, Ibnu Al-Nafis juga menjadi dokter pertama yang bisa menjelaskan konsep metabolisme.
Hingga kemudian ia pun mengembangkan aliran kedokteran Nafsian yang berkosentrasi pada sistem anatomi, psikologi, fisiologi dan pulsologi.
Aliran tersebut ia kembangkan untuk menggantikan doktrin-doktrin yang telah dicetuskan oleh pendahulunya, Ibnu Sina dan Galen.
Ibnu Al-Nafis menganggap ada kekeliruan dalam teori dan doktrin dari keduanya.
Kekeliruan tersebut terjadi dalam otot, tulang, panca indera, perut, empedu dan anatomi tubuh lainnya.
Untuk mengoreksi hal itu, Ibnu Al-Nafis sampai menggambar diagram yang melukiskan bagian-bagian tubuh yang berbeda dalam sistem fisiologi yang dikembangkannya. (3)