Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Patung Sigale Gale merupakan patung yang diukir seperti bentuk manusia dan bisa bergerak seperti orang menari.
Patung ini berasal dari Pulau Samosir, Sumatera Utara
Patung ini bisa dijumpai ketika berkunjung ke Tomok, Pulau Samosir.
Patung Sigale Gale ini digunakan dalam pertunjukkan tari saat upacara penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir.
Sigale Gale ini berasal dari kata "Gale" yang berarti lemah, lesu, lunglai.
Patung ini memiliki anggota badan yang bersendi yang dipasang di atas podium beroda.
Mereka menari-nari selama upacara pemakaman berlangsung sambil menatap yang disebut papurpur sepata. (1)
Baca: Museum Fotografi Kediri
Sejarah
Menurut cerita yang beredar di tengah masyarakat, Kerajaan di Samosir pada zaman dulu dipimpin oleh Raja Rahat.
Ia memiliki anak satu-satunya bernama Manggale.
Suatu ketika, Raja Rahat menyuruh Manggale untuk berperang melawan musuh di perbatasan.
Manggale pun menuruti keinginan ayahnya pergi berperang, tetapi ia tidak pernah kembali.
Ia dikatakan meninggal, tetapi tidak pernah ditemukan jasadnya.
Mengetahui hal itu, Raja Rahat pun bersedih hingga jatuh sakit.
Kemudian, masyarakat setempat ingin menghibur sang raja.
Mereka pun membuakan sang raja sebuah patung yang menyerupai Manggale dan memberi nama Sigale Gale.
Pada saat itu, dukun di daerah sana juga ikut membantu memanggil roh Manggale.
Hal itu dilakukan agar roh tersebut masuk ke dalam patung sehingga nantinya patung Sigale Gale bisa bergerak sendiri seperti orang menari.
Lama kelamaan sakit sang raja berangsur pulih dan sejak saat itu patung Sigale Gale sering dimainkan. (2)
Baca: 4 Baju Adat Bisa Jadi Referensi untuk Foto Prewedding Bergaya Tradisional
Tujuan
Pada awalnya, Sigale Gale ini berasal dari daerah Toba-Holbung, Tapanuli Utara.
Kemudian menyebar ke Pulau Samosir dan di sanalah penduduk setempat menyebut patung tersebut ‘Raja Manggale’.
Sigale Gale digunakan pada upacara pemakaman atau kematian.
Upacara tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang meninggal, tetapi tidak memiliki anak atau mereka yang meninggal tanpa meninggalkan keturunan karena semua anaknya sudah tiada.
Upacara ini dilaksanakan bagi mereka yang memiliki kedudukan tinggi di dalam masyarakat, seperti para raja dan tokoh masyarakat.
Hal tersebut dilakukan karena untuk menghubungkan keturunan mereka kelak di alam baka.
Dalam masyarakat Batak Toba, jika seseorang yang memiliki kedudukan telah tiada dan tidak memiliki keturunan, mereka dianggap rendah serta tidak membawa kebaikan.
Oleh karena itu, harta yang ditinggalkan oleh orang tersebut akan digunakan untuk upacara Sigale Gale.
Orang lain tidak akan berani mengambil kekayaan milik orang yang meninggal tersebut karena tidak ingin tertular atau meninggal seperti orang tersebut.
Namun, saat ini, setelah agama Kristen sudah meresap ke dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli Utara, upacara tersebut sudah mulai ditinggalkan.
Upacara tersebut bagi mereka dianggap sebagai upacara keagamaan parbegu, yakni upacara yang berdasarkan pada kepercayaan terhadap begu, roh dari orang yang sudah tiada. (3)
Baca: Museum Batak Balige