Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM- Muhammad Al-Fatih atau Mahmed II adalah pahlawan umat Islam yang menaklukan Konstantinopel.
Muhammad Al-Fatih dikenal sebagai sultan ke-7 Dinasti Turki Utsmani.
Beliau lahir di Edirin pada 30 Maret 1423 M.
Edirin adalah kota yang menjadi pusat pemerintahan Dinasti Turki Utsmani.
Muhammad Al-Fatih merupakan putra dari Sultan Murad II, yang hidup di masa setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan perang salib) 1137-1193 M.
Sejak usia 12 tahun, Muhammad Al-Fatih sudah diangkat menjadi sultan. (1)
Baca: Ali bin Abi Thalib
Asal usul Julukan Muhammad Al-Fatih
Kata Al-Fatih artinya sang penakluk.
Beliau mendapatkan julukan Al-Fatih karena telah berhasil menaklukan Konstantinopel saat usia 21 tahun.
Selain itu, Sultan Muhammad Al-Fatih memiliki kepintaran dalam bidang sains, ketentaraan, matematika, sekaligus menguasai 6 bahasa.
Kehebatan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukan Konstantinopel sudah diperkirakan pada zaman Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335). (1)
Baca: Perang Yamamah
Kehebatan Muhammad Al-Fatih
Sultan Muhammad Al-Fatih dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, tawadhu dan pilih tanding.
Banyak kawan dan lawan yang kagum dengan cara kepimpinannya Muhammad Al-Fatih untuk menaklukan Konstinopel.
Selama 11 abad, Muhammad Al-Fatih yang berhasil mengakhiri atau menaklukan Kerajaan Romawi Timur.
Sultan Muhammad Al-Fatih memerintah selama 30 tahun.
Keberhasilan Muhammad Al-Fatih selain menaklukan Bizantium, yaitu berhasil menaklukan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerjaan-kejaan Anatolia dan wilayah Eropa.
Selain itu, Muhammad Al-Fatih berhasil mengadaptasikan menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerjaan Utsmani.
Syekh Syamsuddin adalah guru Muhammad Al-Fatih yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Shiddiq.
Ia mengganti nama Konstansinopel menjadi Islambol (Islam Keseluruhan).
Namun, namanya diganti lagi oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul.
Untuk mengenang jasa Muhammad Al-Fatih, Istanbul membuat Masjid Al-Fatih disebelah makamnya. (1)
Baca: Khulafaur Rasyidin
Kehidupan Pribadi Muhammad Al-Fatih
Sejak kecil, Muhammad Al-Fatih selalu memperhatikan usaha ayahnya untuk menaklukan Konstantinopel.
Selain itu, ia juga belajar dari sejarah Islam yang ingin menaklukan Konstantinopel, sehingga Muhammad Al-Fatih semakin ingin mewujudkan cita-cita umat Islam.
Pada tahun 1451 M, Muhammad Al-Fatih naik tahta.
Mulai dari situlah Muhammad Al-Fatih sudah menyusun strategi untuk menawan kota Bandar (kota pelabuhan) tersebut.
Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya.
Hal ini terjadi karena sejak kecil Muhammad Al-Fatih didik secara intensif oleh para ulama terkemuka di zamannya.
Ayahnya selalu menghantarkan Muhammad Al-Fatih kebeberapa orang ulama untuk mengajarkannya, namun Muhammad Al-Fatih menolaknya.
Lalu ayahnya menghantarkan ke Asy-Syeik Al-Kurani untuk memeberikan kuasa kepadanya dan memukul, jika Sultan Muhammad Al-Fatih membantah perintah gurunya. (1)
Baca: Masjid Qiblatain
Menjadi Penguasa Utsmani
Pada 5 Muharam 855 H, Sultan Muhammad Al-Fatih diangkat menjadi khalifah Utsmaniyah.
Saat itu, Muhammad Al-Fatih langsung membuat rencana besar ketika menjabat sebagai khalifah , yaitu menahlukan Konstantinopel.
Langkah pertama Sultan Muhammad Al-Fatih adalah mewujudkan cita cita dan melakukan kebijakan milter dan politik luar negeri yang strategis.
Muhammad Al-Fatih juga memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara tentangga dan sekutu milter.
Tujuan dari perjanjian ulang itu untuk menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer. (1)
Baca: Perang Yamamah
Menaklukan Bizantum
Pengepungan Konstantinopel jalur darat dilakukan oleh 4 juta prajurit yang disiapkan Muhammad Al-Fatih.
Banyak prajurit Utsmani yang gugur di benteng Bizantium.
Pengepungan ini berlangsung selama 50 hari, sekaligus menguji kesabaran pasukan Utsmani.
Tak hanya itu, pengepungan juga menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Sejak awal, pertahanan pasukan Romawi ini sangat tangguh.
Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut. (1)
Baca: Perang Hunain