Kakatiya Rudreshwara

Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Katakaya Rudreshwara


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM –  Kakatiya Rudreshwara yang dikenal sebagai Kuil Ramappa, berada di desa Palampet sekitar 200 km timur laut Hyderabad, negara bagian Telangana. 

Kuil Ramappa atau Kuil Rudreshwara (Dewa Siwa), adalah Situs Warisan Dunia UNESCO terbaru yang sudah resmi.

Candi ini merupakan candi Siwa utama di kompleks berdinding yang dibangun selama periode Kakatiyan (1123 – 1323 M) dibawah penguasa Rudradeva dan Recharla Rudra. (1) (2)

Baca: Sayuti Melik

Kakatiya Rudreshwara Temple (whc.unesco.org)

  • Relief


Menampilkan bangunan berbentuk balok dan pilar yang dihias dari granit berukir dan dolerit dengan Vimana (menara bertingkat horizontal) yang khas dan pyramidal.

Pyramidalnya terbuat dari batu bata berpori ringan, atau “batu bata apung” yang mengurangi berat struktur atap.

Baca: 7 Olahraga Tradisional dari Indonesia yang Patut Dilestarikan

Kualitas artistic yang tinggi dari patung-patung candinya menggambarkan adat tari daerah dan budaya Kakatiyan.

Candi ini terletak di kaki bukit daerah berhutan dan tengah ladang pertanian, dekat Pantai Ramappa Cheruvu, reservoir air yang dibangun Kakatiya.

Pengaturan bangunan mengikuti ideologi dan praktik yang disetujui dalam teks-teks dharma bahwa kuil harus dididirikan.

Katakaya Rudreshwara (en.wikipedia.com)

 

  • KuilKuil Ramappa


Candi Ramappa juga digunakan sebagai kuil umat Hindu, tempat Dewa Ramalingeswara Swamy disembah.

Marco Polo, selama berkunjung ke kerajaan Kakatiya, menyebut kuil ini “bintang paling terang di galaksi kuil”.

Kuil Ramappa berdiri megah diatas panggung yang berbentuk bintang setinggi 6 kaki (1,8 m), bagian aula didepan tempat suci memiliki banyak pilar berukir yang menciptakan efek penggabungan cahaya dan ruang dengan indah. (2)

Kuil ini satu-satunya di India yang diberi nama pematung Ramappa setelah seorang pengrajin yang membangunnya.

Baca: Terbaru, Lowongan Kerja BUMN PT Indah Karya untuk Lulusan D-3 dan S-1

Kuil Ramappa (whc.unesco.org)

  • Penelitian


Atap (gerbhalayam) candi dibangun dengan batu bata yang sangat ringan sehingga dapat mengapung diatas air.

Beberapa batu bata candi Ramappa dan makam Humayun dikirim ke Dr. Habib Haman, Kepala Kimiawan Laboratorium Industri Pemerintah, Hyderabad untuk diperiksa.

Dia melaporkan “contoh batu bata apung dari Bidar mirip dengan yang dari Warangal sejauh menyangkut metode pembuatannya”.

Dikatakan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat batu bata itu ternayata adalah serbuk gergaji.

Baca: Eks Member AKB48 Yuko Oshima dan Kento Hayashi Umumkan Segera Menikah

Specimen Bidar menunjukkan kualitas yang lebih baik dalam pencampuran homogennya dan pembakaran yang seragam daripada prototype dari Ramappa.

Mengapa atap candi dapat mengapung dengan baik di air, karena porositasnya yang terjaga dengan baik di badan batu bata dari Bidar.

Candi Ramappa diperkirakan dibangun hampir tiga abad sebelum makam Humayun. (2)

Perini Shivatanddavam (Tari Perini) (whc.unesco.org)

  • BudayaPerini Shivatanddavam (Tari Perini)


Pose tarian yang ditulis dalam Nritta Rathnavalid oleh Jayapa Senaani, muncul dalam patung-patung di candi ini.

Nataraja Ramakhrisna lalu menghidupkan kembali Perini Shivatanddavam (Tari Perini) dengan melihat patung-patung di candi.

Maha Shivaratri adalah festival Hindu yang juga dirayakan di candi Ramappa dan diselenggarakan setiap tahun untuk menghormati Dewa Siwa dan juga disebut “Malam Agung Siwa”. (2)

Baca: Pantai Kali Uluh Pacitan

 

  • Situs Warisan Dunia


Kuil ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO yang diusulkan “Kuil dan Gerbang Kakatiya yang Mulia” pada tahun 2019 dalam daftar sementara.

Usulan tersebut diajukan ke UNESCO pada 10 September 2015, dan pada 25 Juli 2021 candi tersebut ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia sebagai “Kuil Kakatiya Rudreshwara (Ramappa), Telangana. (1)

(TribunnewsWiki.com/Mirta)



Alamat Telangana


Lokasi India


Google Map RAMAPPA, Mulugu, Telangana 506345, India


Sumber :


1. whc.unesco.org
2. translate.google.com


Editor: Natalia Bulan Retno Palupi

Berita Populer