Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM- Tari Tortor merupakan jenis tarian purba dari masyarakat Batak Toba di Provinsi Sumatera Utara.
Tari Tortor merupakan bagian penting dalam masyarakat adat Batak yang memiliki nilai budaya dan nilai spiritual.
Melalui Tortor itulah masyarakat adat dapat menyatakan harapannya, doa, dan semua pergumulannya.
Peragaan sikap dan perasaan melalui tortor selalu menggambarkan kondisi dan situasi yang dialami. (1)
Baca: Tarian Jawa
Gerakan
Tari Tortor memiliki berbagai macam gerakan, berikut gerakan tari Tortor Bayak:
Pangurdot merupakan gerakan seluruh badan. Pusat daya gerakannya bertumbuh pada telapak kaki dan tumit yang menopang seluruh gerakan berat badan sambil menggerakkan tubun ke atas dan ke bawah.
Ketika tubuh bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti irama gondang, pada saat yang sama ujung telapak kaki juga bergerak perlahan ke kiri, kemudian ke kanan.
Berat badan dengan poros perputaran tubuh tetap berada pada telapak kaki dan tumit.
Semua pergerakan tubuh, tangan, dan jarinya disesuaikan dengan hentakan irama gondang yang mengiringinya.
Pangeal adalah gerakan anggota tubuh yang dimulai dari pinggang, gonting, samping ke kepala, simanjujung tetapi daya berat tubuh tetap disanggah pada tumpuan telapak kaki.
Daya tarik Tortor Btak terletak pada pangeal ni gonting (gerakan pinggang yang gemulai) yang menggerakkan tubuh dengan rotasi gerak pada pinggang, memutar ke kiri dan ke kanan.
Gerakan tersebut diikuti anggota tubuh lain, seperti tangan, jemarinya dan kepala.
Pandenggal adalah gerakan gemulai anggota tubuh secara keseluruhan. Kelembutan dan gemulai gerakannya berada pada gerakan lengan, telapak tangan, dan jari tangan.
Gerakan pendenggal memiliki rotasi. Kedua telapak tangan yang terbuka di angkat ke atas secara berlahan-lahan, lalu secara perlahan diturunkan ke bawah dengan menelungkupkan telapak tangan yang terbuka tersebut, seolah-olah jatuh secara elatis menuju pinggang sebelah kiri dan ke kanan.
Siangkupna merupakan menggerakan bagian leher. Gerakannya seirama dengan gondang dan urdot.
Hapunanna adalah ekspresi yang tampak dari wajah penortor penari. Dari wajah bisa diketahui situasi kegembiraan atau suak duka cita.
Ekspresi wajah penari harus seirama, maka tortor bisa berkomunikasi kepada penonton yang hadir menyaksikan.
Gerakan tari Tortor terbatas pada gerakan tangan yang melambai naik turun secara bersamaan dan gerak hentak kaki yang mengikuti iringan musik mangondangi. (1)
Baca: Tari Selamat Datang
Fungsi
Tema dan makna filosofi saat ini penggunaan tari Tortor sebagai sarana ritual keagamaan telah beralih fungsi.
Tari Tortor saat ini cenderung berfungsi sebagai sarana hiburan sekaligus media komunikasi antar sesama warga.
Oleh karena fungsi tersebut, tari Tortor dibagi ke dalam 3 peruntukan, yaitu Tortor pangurason, Tortor sipitu cawan, dan Tortor tunggal panaluan.
Menariknya, sebelum pesta tersebut dilaksanakan, lokasi yang akan digunakan harus dibersihkan menggunakan jeruk purut.
Pembersihan ini diperuntukkan agar saat pesta besar tersebut berlangsung tidak ada musibah yang terjadi.
Mengisahkan 7 putri khayangan yang turun ke bumi untuk mandi di Gunung Pusuk Buhit dan pada saat itu juga Pisau Tujuh Sarung (Piso Sipitu Sasarung) datang.
Tortor jenis ini di tarikan oleh para dukun sebagai upaya untuk mendapatkan petunjuk dalam mengatasi musibah yang sedang melanda. (2)
Baca: Tari Woleka
Makna
Tari tortor pada dasarnya digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.
Pada masa sekarang konsep Margondang dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu:
Merupakan suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan suatu ungkapan kegembiraan dalam konteks hibuan atau seni pertunjukkan, seperti gondang pembangunan gereja, gondang naposo, atau gondang mangompoi jabu (memasuki rumah).
Margondang adat merupakan suatu kegiatan yang menyertakan gondang, aktualisasi dari sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, seperti gondang mamampe marga (pemberian marga), gondang pangoli anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), kepada orang di luar suku Batak Toba.
Margonda religi adalah upacara pada saat sekarang hanya dilakukan oleh organisasi agamaniah yang masih berdasar kepada kepercayaan batak purba. (1)
Baca: Tari Tumatenden