Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Devide et Impera (politik pecah belah, politik adu domba) adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi dengan tujuan untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil agar lebih mudah ditaklukkan.
Dalam konteks lain, politik pecah belah juga dapat diartikan mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat.
Secara harfiah, pengertian devide et impera adalah "pecah dan berkuasa". Strategi ini dipopulerkan oleh Julius Cesar dalam upayanya membangun Kekaisaran Romawi.
Pada mulanya, politik pecah belah merupakan strategi perang yang diterapkan oleh bangsa-bangsa kolonialis, seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan Prancis sejak abad ke-15.
Bangsa-bangsa tersebut melakukan ekspansi dan penaklukan untuk mencari sumber-sumber kekayaan alam, terutama di wilayah tropis.
Seiring waktu, metode penaklukan ini semakin berkembang, sehingga politik pecah belah tidak lagi sekadar sebagai strategi perang namun lebih menjadi strategi politik.
Semakin berjalannya waktu, devide et impera juga dikenal sebagai politik pecah belah atau politik adu domba.
Baca: 17 AGUSTUS - Seri Sejarah Nasional : Kebijakan Herman Willem Daendels
Baca: Komisi Tiga Negara (KTN)
Teknik
Unsur-unsur yang dijadikan teknik dalam politik pecah belah ini adalah
• menciptakan atau mendorong perpecahan dalam masyarakat untuk mencegah aliansi yang bisa menentang kekuasaan berdaulat;
• membantu dan mempromosikan mereka yang bersedia untuk bekerja sama dengan kekuasaan yang berdaulat;
• mendorong ketidakpercayaan dan permusuhan antar masyarakat;
• mendorong konsumerisme yang berkemampuan untuk melemahkan biaya politik dan militer.
Baca: HJ Van Mook
Baca: Perang Asia Pasifik
Devide et Impera di Indonesia
Devide et impera pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Kemudian Belanda menggunakan taktik yang sama ketika Agresi Militer Belanda terjadi setelah proklamasi kemerdekaan RI dikumandangkan.
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan devide et impera di Indonesia yang dilakukan oleh Belanda:
Dalam perang ini, VOC berhasil menaklukkan Kesultanan Gowa dan Kota Makassar pada 1669 karena dibantu oleh Raja Bone dan Arung Palakka yang tengah berseteru dengan Sultan Hasanudin.
Konflik ini menjadikan posisi VOC sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah akibat terpecah menjadi empat kerajaan.
Selain itu, Belanda juga berupaya melakukan siasat devide et impera dalam Perang Saparua, Perang Padri, Perang Diponegoro atau Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Banjar, dan Perang Jagaraga.
Selama tahun 1947-1948, pihak Belanda sengaja ingin menguasai Indonesia dengan membagi-baginya menjadi kelompok kecil, dengan total 6 bagian.
Kelompok-kelompok tersebut di antaranya, Negara Indonesia Timur (sekarang Papua), Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Jawa Timur.
Bahkan, Belanda diam-diam mendirikan negara boneka Papua dengan muali membentuk komite bernama New Guinea Council pada tanggal 19 Oktober 1961.
Baca: Agresi Militer Belanda I
Baca: Agresi Militer Belanda II