Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Benteng Stelsel atau Sistem Benteng merupakan sebuah strategi perang yang diterapkan oleh Belanda untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Siasat perang ini dicetuskan oleh Jenderal de Kock, kemudian diterapkan dalam Perang Diponegoro dan atas kemenangan Belanda dalam perang tersebut, strategi ini kembali digunakan dalam Perang Padri.
Secara garis besar strategi perang ini adalah pada setiap kawasan yang sudah berhasil dikuasai Belanda, dibangun benteng pertahanan atau kubu pertahanan, kemudian dari masing kubu pertahanan tersebut dibangun infrastruktur penghubung seperti jalan atau jembatan.
Penggunaan strategi Benteng Stelsel pada satu sisi berhasil mempercepat peperangan yang banyak menghabiskan biaya, dengan menjepit kedudukan musuh sekaligus dapat mengendalikan wilayah yang dikuasai.
Namun, sisi lain taktik ini memberikan dampak pada pengerahan tenaga kerja paksa yang banyak terutama untuk membangun infrastruktur dalam mendukung strategi tersebut. (1)
Stelsel (Dutch) diartikan sebagai sistem. Dengan demikian, benteng stelsel dapat diartikan sebagai pertahanan benteng tersistem, benteng tertata, pola benteng, maupun susunan benteng yang di dalamnya telah tersusun maupun tersistem dalam hal strategi dengan pola-pola tertentu sebagai fungsi bertahan. (2)
Baca: Perang Diponegoro (1825-1830)
Penerapan Benteng Stelsel
Belanda saat itu menerapkan apa yang disebut benteng stelsel saat perang melawan pasukan Diponegoro. Pelaksanaannya dengan cara:
1. Mendirikan benteng di daerah yang telah direbut Belanda.
2. Tiap kubu sisi pertahanan dibangun jembatan atau jalan.
3. Jalan atau jembatan tadi dimanfaatkan untuk mempercepat gerak pasukan Belanda serta memudahkan komunikasi antar pasukan saat diserang.
4. Penerapan tenaga kerja paksa besar-besaran untuk mendirikan benteng.
5. Selain sebagai pertahanan, keberadaan infrastruktur mampu membatasi gerakan musuh.
Efektivitas pelaksanaannya saat Perang Diponegoro mampu menjepit gerakan pasukan tempur Diponegoro sebatas Bogowonto dan Kali Progo, sehingga sistem pertahanan tersebut pelaksanaannya digunakan kembali saat perang Padri. (2)
Baca: Perang Asia Pasifik
Perkembangan Benteng Stelsel
Dalam Perang Diponegoro pada tahun 1872, strategi Benteng Stelsel mulai diterapkan, untuk dapat mempersempit kedudukan Pangeran Diponegoro, maka dibangun benteng di Semarang, kemudian di Ambarawa, Muntilan, Kulon Progo, dan Magelang.
Penerapan dari taktik ini kemudian menghasilkan sekitar 165 benteng-benteng baru yang tersebar di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Banyaknya benteng baru dibangun Belanda dalam perang ini, tidak lepas dari taktik gerilya yang diterapkan oleh Pangeran Diponegoro serta posisi komandonya yang selalu berpindah tempat.
Pengaruh strategi ini berhasil mempersempit pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro.
Sampai pada tahun 1828 beberapa panglima perang Pangeran Diponegoro mulai banyak ditangkap oleh Belanda.
Kemudian, pada tahun 1829 banyak yang mulai menyerah.
Puncaknya Pangeran Diponegoro ditangkap pada 28 Maret 1830 di Magelang, dan perang di Jawa kemudian dianggap selesai.
Ketika Belanda kembali melanjutkan ekspansi kolonialisasinya di Sumatera, dalam Perang Padri, taktik pelaksanaannya kembali diterapkan.
Hal itu setelah menguasai Bukittinggi, kemudian Belanda membangun sebuah benteng Fort de Kock.
Benteng Fort de Kock merupakan benteng yang didedikasikan pada Hendrik Merkus de Kock, pelopor Stelsel.
Pendirian pertahanan ini berhasil mempersempit gerakan perlawanan Kaum Padri.
Kemudian, dari pelaksanaannya dalam menaklukan markas utama Tuanku Imam Bonjol, dan pada 16 Agustus 1837, Benteng Bonjol pun secara keseluruhan dapat ditaklukan Belanda. (2)
Baca: Perang Padri (1803-1838)