Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hendrik Merkus Baron de Kock atau Jenderal de Kock adalah seorang perwira militer, menteri, dan senator Belanda.
Ia lahir di Heusden pada 25 Mei 1779 dan meninggal dunia di Den Haag pada 12 April 1845.
Jenderal de Kock merupakan anak dari pasangan Albert Hendrik Wendelin de Kock dan Adriana Jacqueline de Kock.
Dia menikah dengan Louise Frederike Wilhelmina Gertrude Bilfinger, pada 3 Mei 1807.
Mereka memiliki anak bernama Johannes Conradus de Kock dan Maria Petronella Merkus.
Pada tahun 1826 hingga 1830, ia memimpin pertempuran melawan Pangeran Diponegoro di Jawa sebagai panglima tentara.
Kemudian Jenderal de Kock diberi gelar bangsawan oleh William I sekembalinya ke Belanda dan menjadi Menteri Dalam Negeri selama lebih dari empat tahun.
Setelah itu, ia menjadi anggota Senat, tanpa aktif di dalamnya.
Ia dianugerahi gelar baron pada 1835 karena jasa-jasanya dan bertugas pada pemerintah Belanda sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Negara tahun 1836-1842.
Selanjutnya, ia menjadi anggota Dewan Parlemen (Majelis Tinggi) sampai dengan kematiannya.
Kota Bukittinggi ketika didirikan dinamakan menurut namanya, yaitu Fort de Kock. (1)
Baca: Sentot Alibasah Abdulmustopo Prawirodirdjo
Kehormatan
Ksatria Ordo Militer William, kelas 3 (1815)
Komandan Ordo Militer William (1821)
Knight Grand Cross dari Ordo Militer William (1830)
Hasselt Cross 1830-1831 (2)
Baca: Kyai Muslim Muhamad Halifah (Kyai Mojo)
Sejarah
Baron Markus Hendrik de Kock adalah seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda masa 1826-1830.
Pada masa kepemimpinannya, terjadi perang yakni Perang Diponegoro dan Perang Paderi.
Untuk memenangkan pertempuran dengan Rakyat Minangkabau, pihak Belanda memiliki strategi yakni membangun benteng di tempat yang strategis.
Salah satu dari benteng mereka terletak di Bukit Tinggi di atas sebuah bukit yang bernama Bukit Jirek dan benteng tersebut dikenal dengan nama Benteng (Fort) de Kock.
Benteng ini dibangun oleh Kapten Bauer dan dia memberi nama Fort (Benteng) de Kock, dia menamai benteng tersebut dengan nama Komandannya Jenderal de Kock.
Jendral de Kock pernah datang sekali ke Minangkabau, saat Perang Paderi berkecamuk.
Karena melihat ganasnya peperangan dan cemas dengan kekalahan yang mungkin saja diderita oleh pihak mereka, Jenderal de Kock menyarankan agar membuat perjanjian dengan orang Melayu (Minangkabau) ini.
Perjanjian itu dikenal dengan nama Plakat Panjang. Mereka memenangi pertempuran dengan mengandalkan perjanjian ini. (3)
Baca: Perang Diponegoro (1825-1830)