Sentot Alibasah Abdulmustopo Prawirodirdjo

Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sentot Alibasah Abdulmustopo Prawirodirdjo


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sentot Ali Basya Abdullah Mushtofa Prawirodirjo atau Sentot Prawirodirdjo lahir pada 1807 dan wafat di Bengkulu, 17 April 1855.

Ia adalah seorang panglima perang pada masa Perang Diponegoro.

Ia adalah putra dari Ronggo Prawirodirjo, ipar Sultan Hamengku Buwono IV.

Ayahnya dianggap pemberontak karena melawan Belanda, tetapi berhasil dibunuh oleh Daendels.

Dengan kematian ayahnya, Sentot Prawirodirdjo merasa dendam kepada Belanda sehingga akhirnya bergabung dengan Pangeran Diponegoro.

Sentot Prawirodirdjo akhirnya berhasil dibujuk Belanda untuk meletakkan senjata pada tanggal 17 October 1829 dan dikirim ke Sumatera Barat untuk melawan pemberontakan para ulama dalam Perang Padri kemudian wafat dalam usia 48 tahun (1)

Sentot Alibasah Abdulmustopo Prawirodirdjo

Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Pangeran Diponegoro

  • Sentot di Sumatra Barat


Ia menyandang “pangkat” Phasya atau Bashya pada usia 17 tahun. Gelar yang diambil dari struktur tentara Turki Utsmani itu berarti panglima perang.

Setelah diangkat menjadi panglima perang oleh Pangeran Diponegoro kemudian menjadi Sentot Alibasyah Prawirodirjo.

Sentot memiliki pasukan khusus gerilya berkuda sejumlah 1.000 orang yang semuanya bersorban.

Pasukan Sentot tak ada yang infantri. Semua kavaleri berkuda dengan keutamaan serangan kilat, cepat, dan mematikan.

Panglima militer muda yang jenius dan ditakuti lawan-lawannya ini terlibat dalam Perang Padri (1821 – 1837).

Di Minangkabau, dia terkenal sebagai anak emas Van den Bosch, tokoh Belanda paling berkuasa yang pernah dikirim ke kepulauan Nusantara.

Ia diberi pangkat letnan kolonel, ia memiliki banyak uang, hidup penuh kemewahan, mempunyai barisan sendiri, dan mendapat perlakuan istimewa.

Sentot tidak lama di Sumatera Barat. Sebelum Perang Pidari dimenangkan Belanda, khusus setelah terjadi “serangan fajar” tahun 1833.

Serangan serentak dilakukan “Kaum Putih” saat subuh pada 11 Januari 1833, mengubah segala rencana Van den Bosch.

Dalam waktu 24 jam, ratusan tentara Belanda tewas dan seluruh Sumatera Barat bagian utara (kecuali kota-kota pantai), jatuh lagi ke tangan Pidari.

Tentara yang sebelumnya senantiasa melaporkan kepada Van den Bosch bahwa keadaan sudah “aman” dan perang segera akan berakhir, sekarang saling tuding dan dituduh dengan orang-orang pemerintahan sipil dan berusaha mencari kambing hitam.

Sentot termasuk salah seorang yang dijadikan kambing hitam, dituduh “berkhianat” oleh berwira-perwira Belanda di sana.

Setelah diselidiki secara cermat, ternyata semua tuduhan itu tidak benar, termasuk tuduhan atas diri Sentot. Ini diakui oleh Van den Bosch.

Akan tetapi, Sentot yang dituduh tetap bisa menggawatkan keadaan jika tetap berada di Sumatera Barat.

Oleh karena itu, Van den Bosch mengambil jalan keluar paling aman, dia dipersilakan untuk ke Bengkulu, diberi tunjangan lebih dari cukup (juga untuk para pengikutnya), dan tetap hidup serba mewah seperti di Padang.

Secara resmi, Barisan Sentot baru dibubarkan pada Januari 1834. Bagian terbesar dari pasukannya dipecah ke dalam kesatuan-kesatuan tentara Hindia Belanda. Mereka tidak diizinkan menjadi satu kesatuan lagi.(2)

Baca: Perang Diponegoro (1825-1830)

  • Makam Sentot Alibasah


Makam Sentot Alibasyah Abdullah Mustofa Prawirodirjo ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Indonesia.

Makam itu terletak di Jalan Sentot Alibasyah, Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu.

Makam Sentot Alibasyah berada di dalam kompleks pemakaman umum yang dikelilingi pagar tembok dan besi di bagian depannya.

Struktur Cagar Budaya Makam Sentot Alibasyah awalnya tidak memiliki nisan dan hanya berupa tumpukan bata saja.

Pada 1985 atau 1986 dilakukan pemugaran pada makam ini oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bengkulu.

Kegiatan pemugaran tersebut terdiri atas pemugaran makam, pemagaran kompleks makam dan pembuatan jalan setapak.

Pada 1990an makam tersebut ditambahkan dengan nisan dan cungkup.

Kemudian, pada 2008 oleh pemerintah daerah setempat ditambahkan kembali satu cungkup berhias dan memperbaiki pagar keliling di sekitar makam.

Kemudian pada 2014, struktur dan bangunan makam dilapisi dengan marmer. (2)

Baca: Wan Abud (Fuad Alkhar)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya)



Nama Sentot Alibasah Abdulmustopo Prawirodirdjo


Tahun lahir 1807


Meninggal dunia 17 April 1855


Dikenal sebagai Panglima Perang Diponegoro


Sumber :


1. www.wikitree.com/wiki/Alibasyah-1
2. cagarbudaya.kemdikbud.go.id
3. silviagalikano.com


Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer