Ia masuk ke dalam daftar 75 pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK).
Padahal diketahui Giri adalah seorang pengajar Wawasan Kebangsaan di Lemhanas, Sesko AD, Kemhan, dll.
Dirinya juga dikenal sebagai Pendidik Anti Korupsi, yang sudah bekerja di KPK selama 16 tahun.
Keanehan sosok Giri yang tak lolos TWK itu kemudian dituliskan oleh musisi Iwan Fals di akun Twitternya.
"Aneh juga ya," tulis Iwan Fals menyertakan biografi Giri Suprapdiono.
Diketahui juga, Giri pernah menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik dalam pelatihan kepemimpinan nasional II angkatan XVII di LAN.
Untuk itu, sejak awal ia menyatakan bahwa asesmen sebagai syarat alih status menjadi ASN ini dipenuhi kejanggalan.
Terlebih, sebagian besar dari pegawai yang tak lolos TWK tengah menangani kasus-kasus korupsi yang besar.
Dalam sebuah diskusi, Giri Suprapdiono menilai pertanyaan-pertanyaan seputar isu sensitif dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) sangat keterlaluan.
Giri sendiri mengetahui itu dari rekan-rekan yang saling bercerita soal pertanyaan tersebut.
"Yang membuat hati saya bergejolak adalah misalkan apakah Anda bersedia mencopot jilbab, itu menurut saya keterlaluan. Kemudian tidak bersedia, lalu Anda egois dong, tidak memikirkan negara. Ini keterlaluan menurut saya," kata Giri dalam diskusi Polemik Trijaya Dramaturgi KPK, Sabtu (8/5/2021).
Baca: Profil Jason Dupasquier, Pembalap Moto3 yang Meninggal karena Kecelakaan pada Seri Italia
Baca: Sosok Abdee Slank, Gitaris dan Pendukung Jokowi yang Diangkat Jadi Komisaris Telkom
Giri juga mengaku dapat info soal pertanyaan seputar kawin-cerai atau bahkan menikah-belum menikah, hingga ke seputaran ucapan natal kepada yang merayakan.
"Kebetulan yang ditanya keluarganya juga campuran, pluralisme. Jadi aman," tambahnya.
Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan itu tidak selayaknya tidak ditanyakan.
"Ini kan tes wawasan kebangsaan. Jadi kalau kecintaan kepada republik ini, kenapa dipertanyakan lagi. Kita menyelamatkan republik ini dari korupsi, kenapa dipertanyakan lagi?" tambahnya.
Lebih lanjut, dirinya mengaku penasaran indikator apa yang membuat dirinya gagal dalam TWK.
Pasalnya, berkaca pada tes-tes yang lain seperti Tes Capim KPK hingga tes deputi, Giri mengaku selalu lolos.
"Saya pengin tahu juga dibuka kepada publik apa indikator ketidaklolosan tersebut," katanya.
Giri lahir di Ponorogo pada tanggal 9 Juli 1974.
Giri pernah menjabat sebagai Koordinator Kerja Sama Internasional pada Direktorat Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK.
Giri juga pernah menjadi Direktur Gratifikasi.
Sebelum meniti karier di KPK, Giri pernah menjadi National Management Concultant di BAPENAS-UNDP.
Dalam dunia akademik, Giri mengenyam pendidikan sarjana di Teknik Perencanaan Kota, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1999.
Setelahnya, gelar master ia peroleh dari University of Roterdam pada 2001 dengan jurusan International Institute to Social Studies-Erasmus.
Kini, karir Giri di KPK sudah memasuki tahun ke-16.
Karena itu, ketika dinyatakan tidak lulus TWK, dia mengaku heran.
Dia pun meyakini ke-75 nama termasuk dirinya sudah tidak diinginkan lagi berada di KPK.
Menurut Giri, hasil tes tersebut tidaklah signifikan.
"Saya berkeyakinan hasil tes itu tidak signifikan dan kami-kami ini memang tidak diinginkan melanjutkan pemberantasan korupsi di negeri ini," kata Giri, dalam acara Polemik Trijaya, Sabtu (8/5/2021).
Sebagai Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti-Korupsi KPK, Giri pernah mencatatnya prestasi membanggakan.
Pada Desember 2020, dia mendapat penghargaan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai peserta diklat tim terbaik bersama direktur seluruh lembaga.
"Saya mendapat Makarti Bhakti Nagari Award Desember 2020 tapi Maret 2021 saya dinyatakan tidak lulus (TWK)," kata Giri.
Senada dengan Giri, mantan Juru Bicara KPK, Febri Diansyah juga membenarkan kabar penghargaan yang diraihnya.
Dalam sebuah cuitan pada 11 Mei lalu, Febri menjamin, sosok Giri adalah satu dari beberapa pegawai KPK yang berintregitas.
Bahkan, tidak hanya meraih penghargaan, Febri mengakui, Giri adalah pengajar dan sering menjadi narasumber tentang wawasan kebangsaan dan antikorupsi di berbagai institusi.
Di antaranya di Sekolah Komando Angkatan Darat (Seskoad), Sekolah Pimpinan (Sespim) Polri, serta di Badan Intelijen Negara (BIN) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
"@girisuprapdiono, mengabdi di KPK sejak 2005. Menerima sjumlah Penghargaan. Menjadi narasumber ttg wawasan kebangsaan & Antikorupsi di: SESKOAD, Lemhanas, sespim Polri dan Intelstrat BIN & ITB. Skrg ia trancam disingkirkan dari KPK krn Tes Wawasan Kebangsaan kontroversial," kata Febri, dalam cuitannya.
Baca: 75 Pegawai KPK yang Dipecat Kirim Surat Terbuka untuk Pimpinan Soal TWK, Ini Isi Pernyataannya
Baca: 51 Pegawai KPK yang Tak Lolos TWK Akan Diberhentikan per November 2021
Saat menjabat sebagai Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pelayanan Masyarakat KPK, Giri Suprapdiono mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan (capim) KPK periode 2019-2023.
Ini kali kedua Giri mengikuti seleksi calon pimpinan KPK.
Pada 2014, Giri mencalonkan diri sebagai pimpinan KPK dan masuk 19 besar.
Namun, saat itu ia tak terpilih.
Kendati demikian, Giri tak patah arang.
Sebab, kata dia, pada prinsipnya pemberantasan korupsi itu menjadi kewajiban setiap warga negara.
"Pada dasarnya sebagai inisiatif dan kewajiban warga negara, jadi saya sudah gabung di KPK sejak 2005, sudah 14 tahun. Saya pikir sudah saatnya mencoba kembali," ujar Giri di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Kamis (4/7/2019).