Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari lengger merupakan kesenian tradisional Banyumas, Jawa Tengah yang dimainkan secara berpasangan, seorang laki-laki dan perempuan.
Tarian ini merupakan pengembangan dari tarian sebelumnya yaitu tari Tayub. Tari Lengger juga merupakan salah satu tarian klasik yang sudah ada sejak jaman dahulu hingga sekarang.
Kata lengger berasal dari "le" dari "thole"(lelaki) dan "ngger" (perempuan) sapaan untuk anak perempuan.
Tarian ini memberikan nasihat dan pesan kepada setiap orang untuk dapat bersikap mengajak dan membela kebenaran dan menyingkirkan kejelekan.
Kesenian Lengger Banyumasan itu sendiri sampai saat ini belum di ketahui pasti siapa penciptanya karena kesenian ini merupakan kesenian yang
berasal dari rakyat, diciptakan oleh rakyat, dan di tujukan untuk rakyat.
Wujud dari kesenian Lengger Banyumasan ini yaitu seni tari tradisional yang dalam pertunjukannya sang Lengger tidak hanya menari tetapi juga membawakan lagu tradisional Banyumasan dengan iringan musik gamelan atau lebih spesifik lagi seperangkat alat musik calung. (1)
Pertunjukan Tari Lengger
Dalam pertunjukannya kesenian Lengger terbagi menjadi empat babak atau adegan. Babak pertama yaitu babak Gamyongan, babak kedua babak LeÌnggeÌran, babak ketiga babak Badhutan atau Bodhoran, dan yang terakhir adalah babak Baladewaan.
Pada babak Lenggeran sering terjadi adanya adegan banceran atau para penonton khususnya laki-laki ikut menari bersama Lengger dengan memberi uang (sawer).
Lengger merupakan istilah Jarwo Dhosok atau gabungan kata yang memiliki arti.
Lengger "Darani Leng Jebule Jengger" yang dapat di artikan bahwa dikira wanita ternyata laki-laki.
Sekarang Lengger Banyumasan umumnya ditampilkan oleh kaum wanita, tetapi disebagian daerah masih memiliki Lengger lanang dengan penari laki-laki yang berdandan layaknya perempuan.
Baca: Tari Pinggan
Baca: Tari Maengket
Ciri khas dan Busana
Gerak dalam kesenian Lengger ini sangat sederhana dan belum ada pakem untuk detail gerakannya.
Busana yang digunakan dalam tarian ini yaitu mekak, kain jarik, dan sampur (selendang).
Pada bagian kepala, penari menggunakan sanggul jawa atau konde dengan dihiasi perhiasan sederhana yaitu sisir yang terbuat dari belahan tanduk kerbau yang bentuknya menyerupai sirkam, perhiasan tersebut dahulu disebut dengan cundhuk, kemudian ada menthul dan giwang. (2)