Anak tersebut terpaksa mengantarkan jenazah ayahnya sendiri lantaran tidak adanya layanan ambulans, seperti dilaporkan India Today.
Dipercaya anak yang tak diketahui namanya tersebut akan melakukan ritual penguburan di di krematorium Agra, kota berpenduduk 1,6 juta jiwa di Uttar Pradesh.
Diketahui terjadi lonjakan kasus Covid-19 di region tersebut.
Sementara itu Agra melaporkan 600 kasus setiap hari.
Bahkan warga harus menunggu sampai enam jam untuk membawa jenazah keluarga mereka ke krematorium.
Ini lantaran kurangnya ambulans.
Tak jauh berbeda dengan kota lain di sana, Agra harus menghadapi gelombvang kedua kasus virus corona.
Menurut Daily Mirror, Selasa (27/4/2021), politisi menyalahkan partai penguasa Bharatiya Janata (BJP) yang tak becus menangani masalah pandemi Covid-19.
Hal ini berakibat rumah sakit swasta di sana menolak pasien.
Walaupun demikian, kota itu masih saja didatangi pasien dari distrik tetangga.
Gelombang kedua Covid-19 di sana seperti Tsunami yang menyapu sistem kesehatan setempat.
Pasien terinfeksi Covid-19 dilaporkan meninggal di jalan saat sedang mencari rumah sakit kosong.
Satu orang meninggal setiap empat menit di ibu kota New Delhi, dan hampir ruang perawatan intensif di sana penuh, seperti diwartakan oleh media lokal.
Tak sampai di situ, fasilitas medis setempat pun sampai mengirim permintaan bantuan.
Hal ini karena sumber daya mereka tak cukup untuk menampung para pasien terpapar.
Baca: Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, Atta Halilintar Dapat Pelukan dari Aurel Hermansyah
Baca: Amankah Pasien Positif Covid-19 Jalankan Ibadah Puasa? Begini Penjelasan Ahli
Bukan cuma fasilitas medis saja, krematorium juga mulai kewalahan sebab jenazah pasien Covid-19 terus berdatangan.
Pejabat setempat bahkan diperintahkan untuk menebang pohon untuk bahan bakar karena terlalu banyak mayat yang perlu dikremasi.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallaca sampai menjanjikan bantuan melihat kesulitan yang dialami India dalam berhadapan dnegan Covid-19.
Kepada Sky News Senin (26/4/2021), ia mengatakan situasi di negara Asia Selatan ini "tak tertahankan".