Informasi Awal
TRIBUNNEWSIWKI.COM - Suporter Kutaraja untuk Lantak Laju (SKULL) adalah suporter sepak bola di Kota Banda Aceh.
Skuller (sebutan untuk anggota Skull) merupakan kelompok pendukung atau suporter klub Liga 1 Indoensia, Persiraja Banda Aceh.
Skuller identik dengan atributnya yang berwarna oranye.
Dengan warna kebesarannya tersebut Skuller senantiasa mendukung tim kebanggaannya saat sedang berlaga.
Skuller juga merupakan pendukung penting bagi klub yang bermarkas di Stadion Harapan Bangsa ini.
Dukungan yang luar biasa dari Skuller membuat Persiraja sulit dikalahkan di kandangnya sendiri.
Skuller juga terkenal sebagai suporter yang sangat sportif. [1]
Ketua Skuller adalah Teuku Iqbal Djohan. [2]
Baca: Pusamania
Sejarah
Suporter Kutaraja untuk Lantak Laju dibentuk pada 11 April 2007.
Penggagas suporter ini adalah Teuku Iqbal Djohan.
Lembaga itu merupakan segerombolan ank muda yang sama-sama menggilai klub Persiraja.
Dalam kiprahnya mereka juga membentuk situs komunitas serta mengkoordinir anggota lewat jejaring sosial, Facebook.
Skull dibentuk tanpa agenda terselubung. [3]
Baca: Kabomania
Slogan
Skuller siap berjuang dan berkorban apapun juga demi Persiraja.
Mereka juga menancapkan tekad dalam perjuangan mendukung Persiraja, tidak cengeng, mengeluh, merengek, dan tak asal protes.
Kecuali itu, apapun konsekuensinya Skull selalu tegar dalam mendukung perjuangan para pemain Persiraja.
Karena itu, lantas kemudian muncul kalimat yang amat akrab di telinga para Skuller, yakni:
Persiraja capek, Skull capek. Persiraja kepanasan, Skull kepanasan. Persiraja kehujanan, Skull kehujanan. Persiraja menang, Skull senang! [3]
Baca: Persipura Mania
Terkenal Sportif
Skuller juga terkenal sebagai suporter yang sangat sportif. [https://persiraja.id/about.html]
Bagi Skuller kalah dan menang dalam pertiandingan merupakan hal yang biasa.
Skuller siap kalah dan siap menang, namun juga tentu berharap kubu Persiraja bisa selalu menang jika berlaga di depan pendukungnya.
Salah satu yang membuktikan skuller sportif adalah saat Persiraja dirugikan wasit saat bertanding di kandang sendiri, mereka tidak anarkis.
Selain tidak mengubah hasil akhir, rusuh juga merugikan banyak pihak, mulai dari panitia pelaksana, managemen klub serta kemungkinan terkena sanksi dari institusi terkait. [3]
Baca: Persikmania