Kapal selam mengalami kontak hilang ketika akan menerima otoritasi peluncuran torpedo nomor 8.
Peluncuran torpedo ini merupakan rangkaian kegiatan latihan yang tergabung dalam Gugus Tugas Penembakan Senjata Strategis TNI AL.
Latihan ini sedianya digelar Kamis (22/4/2021).
Akan tetapi, akibat peristiwa ini memaksa latihan tersebut dibatalkan.
"Peluncur torpedo nomor 8 merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25 WIB, saat komandan gugus tugas latihan akan memberikan otoritas penembakan torpedo. Di situlah komunikasi dengan KRI Nanggala terputus," ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad dalam konferensi pers, dikutip dari Kompas TV, Kamis (22/4/2021).
Kini, TNI berharap media massa tak membuat analisis sendiri terkait terkait simpang-siur informasi ditemukannya kapal selam KRI Nanggala-402.
"Saya berharap kepada rekan media jangan membuat analisis dan tidak memberitakan yang belum dipastikan kebenarannya, sehingga memberikan ketenangan kepada masyarakat terkait informasi ini," ujar Riad dikutip dari Kompas.com.
Riad menjelaskan, bahwa sebelumnya KRI Raden Eddy Martadinata (331) telah malaporkan secara lisan mengenai terdeteksinya pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot.
Akan tetapi, ketika ditelusuri kontak tersebut hilang.
Keadaan ini pun membuat identifikasi apakah pergerakan tersebut berasal dari kapal selam atau bukan menjadi sirna.
Sebaliknya, pergerakan ini tidak bisa menjadi dasar munculnya asumsi bahwa kapal selam sudah ditemukan.
Baca: Curahan Hati Istri Serda Guntur Awak Kapal Selam KRI Nanggala-402: Dia Selalu Pamit & Minta Didoakan
Baca: Update Hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala-402, Ada Temuan Tumpahan Minyak dan Titik Magnet
Riad memastikan, hingga kini petugas masih berjuang keras melakukan pencarian KRI Nanggala-402.
"Jadi saya ulangi lagi kita semua dari laporan KRI REM itu tidak bisa digunakan data atau kedudukan lokasinya KRI Nanggala ditemukan, jadi masih melakukan pencarian," ujar Riad.
Pada Kamis (22/4/2021), ditemukan adanya deteksi satu pergerakan dengan kecepatan 2,5 knot yang dilaporkan oleh KRI REM-331.
"KRI REM-331 melaporkan secara lisan, telah terdeteksi pergerakan di bawah air, dengan kecepatan 2,5 knot," kata Achmad Riad, Kamis (22/4/2021) pagi.
Terdeteksinya satu pergerakan di bawah laut tersebut tak berlangsung lama dan kemudian hilang.
Sehingga, lanjut Achmad, data yang ada belum cukup untuk membuktikan bahwa pergerakan yang terdeteksi itu berasal dari KRI Nanggala-402.
"Masih tidak cukup data untuk mengidentifikasi kontak yang dimaksud sebagai kapal selam," ucapnya.