Penyusunan tersebut disoroti oleh banyak pihak, terutama santri dari Nahdlatul Ulama (NU).
Pasalnya dalam kamus sejarah tersebut, tak disebutkan adanya perjuangan sejarah dari pendiri NU, KH. Hasyim Asy'ari.
Dari situ, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan diberondong banyak pertanyaan dari berbagai pihak.
Merespons hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melalui Instagram pribadinya mengatakan, sudah menugaskan Dirjen Kebudayaan untuk menyempurnakan kamus yang penyusunannya sempat terhenti tersebut.
Selain itu, ia memerintahkan tim Kemendikbud untuk melakukan penyempurnaan kamus tersebut, baik secara teknis dan substansi.
Termasuk mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak seperti NU.
Nadiem juga menyatakan Kemendikbud tidak mempunyai niatan untuk menghilangkan nama tokoh dalam jejak sejarah.
“Begitu mendengar isu Kamus Sejarah yang disusun tahun 2017 sebelum saya menjabat, saya langsung menugaskan Dirjen Kebudayaan untuk menyempurnakan kamus yang sempat terhenti,” ucap Nadiem dalam video yang diunggah di akun Instagram resminya @nadiemmakarim, Rabu (21/4/2021).
Nadiem juga menjelaskan jika Kemendikbud tidak pernah menerbitkan Kamus Sejarah ini secara resmi apalagi menggunakannya sebagai rujukan pembelajaran di sekolah.
Nadiem pun berharap kepada seluruh pihak agar merespons ini dengan kepala dingin dan menghasilkan solusi.
“Karenanya di bulan yang suci ini alangkah baiknya kita menyikapi permasalahan dengan akal sehat, kepala dingin dengan solusi,” kata Nadiem.
Baca: Setelah Dampingi Presiden Jokowi, Kini Nadiem Makarim Temui Megawati, Lakukan Diskusi Hal Ini
Baca: Nadiem Makarim
Kemudian kini pada Jumat (23/4/2021), Nadiem mendatangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat (22/4/2021).
Dalam kunjungan itu, Nadiem bertemu dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Sekjen PBNU KH Helmy Faishal Zaini, dan anak dari Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid. Ia tiba di lokasi pukul 14.37 WIB.
Nadiem mengatakan, kunjungannya ke PBNU untuk meluruskan polemik terkait tidak adanya nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari, dalam Kamus Sejarah Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Pertama, kesempatan ini untuk bisa meluruskan isu ini, walaupun ini terjadi disusun dirancang sebelum saya menjadi menteri," ujar Nadiem, seperti dikutip Tribunnews.com, Kamis (22/4/2021).
Nadiem menyampaikan, Kamus Sejarah Indonesia yang tidak memuat nama KH Hasyim Asy’ari itu disusun tahun 2017, atau saat Nadiem belum menjadi menteri.
Kendati demikian, Nadiem meminta maaf kepada PBNU.
Ia juga berjanji akan bertanggung jawab serta mengoreksi Kamus Sejarah Indonesia tersebut.
"Jadi ini akan segera kami koreksi dan kami mohon maaf dengan segala ketidaknyamanannya," ucap Nadiem.
Polemik Kamus Sejarah Indonesia tersebut awalnya disampaikan oleh Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda.
Adapun Huda meminta Kemendikbud untuk menarik sementara Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dan II dari peredaran karena dinilai memuat banyak kejanggalan.
Huda mengatakan, kejanggalan pada Kamus Sejarah Indonesia adalah tidak adanya keterangan terkait kiprah pendiri NU, Hasyim Asy'ari.
Baca: Tolak UU Cipta Kerja, Ketum PBNU Said Aqil Siradj Soroti Pasal Potensi Liberalisasi Pendidikan
Baca: Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19, Ketum PBNU Imbau Umat Percepat Bayar Zakat demi Bantu Masyarakat
Padahal, Hasyim Asy'ari dikenal sebagai pahlawan nasional yang mendorong tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Huda mengatakan, kejanggalan dalam kamus sejarah tersebut dapat berbahaya bagi pembentukan karakter peserta didik karena adanya disinformasi.
"Kami meminta Kemendikbud untuk menarik sementara Kamus Sejarah Indonesia baik Jilid I dan Jilid II dari peredaran. Kami berharap ada perbaikan konten atau revisi sebelum kembali diterbitkan dan digunakan sebagai salah satu bahan ajar mata pelajaran sejarah,” kata Huda dalam keterangan tertulis, Senin (19/4/2021) malam.
Baca artikel lain mengenai pembuatan Kamus Sejarah Republik Indonesia di sini.
SIMAK ARTIKEL SEPUTAR NADIEM MAKARIM DI SINI