Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Agoraphobia atau agorafobia adalah jenis gangguan kecemasan yang membuat penderita takut berlebihan terhadap ruangan terbuka atau tempat umum.
Penderita biasanya menghindari tempat maupun situasi yang mungkin memicu panik, terperangkap, tidak berdaya, atau malu.Ada berbagai macam situasi atau tempat yang dapat memicu agorafobia.
Misalnya, transportasi umum, ruangan terbuka maupun tertutup yang bisa dipakai untuk umum. Penderita bahkan bisa mengalami gejala agorafobia saat berdiri dalam antrean atau berada di tengah keramaian.
Pengidap agorafobia mungkin merasa membutuhkan seseorang, seperti kerabat atau teman, untuk pergi bersamanya ke tempat-tempat umum.
Rasa takutnya bisa begitu besar sehingga ia tidak bisa meninggalkan rumah. Akbatnya, aktivitas sehari-hari pun akan terganggu.
Ketakutan yang muncul biasanya berupa rasa khawatir berlebih bahwa penderita tidak akan bisa mendapatkan jalan keluar atau bantuan saat kecemasannya bertambah.
Umumnya, penderita pernah mengalami serangan panik yang berkembang menjadi agorafobia.
Baca: Hemophobia
Baca: Acrophobia
Jenis
Agorafobia terbagi menjadi dua jenis di bawah ini:
Sebagian kasus agorafobia berkembang sebagai komplikasi dari gangguan panik.
Kondisi ini muncul setelah penderita mengalami serangan panik dalam situasi atau lingkungan tertentu, yang menyebabkan trauma.
Akbatnya, penderita akan berusaha menghindarinya.
Agorafobia juga bisa diderita oleh orang yang tidak terkena gangguan panik.
Kondisi ini bisa muncul pada mereka yang mengalami ketakutan berlebih pada kondisi tertentu.
Gejala
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5), gejala agorafobia meliputi:
1. Adanya ketakutan atau kecemasan yang terlihat jelas pada setidaknya dua dari lima situasi di bawah ini:
• Menggunakan transportasi umum, seperti bus, kereta, pesawat, dan kapal
• Berada di tempat terbuka, seperti pasar, tempat parkir, dan sebagainya
• Berada di tempat tertutup, seperti toko, bioskop, dan sebagainya
• Mengantre atau berada di tengah keramaian
• Sendirian di luar rumah
2. Individu menghindari situasi-situasi tersebut karena berpikir bahwa sulit untuk melarikan diri atau tidak akan mendapat bantuan saat gejala-gejala panik atau peristiwa yang memalukan terjadi.
Contohnya, takut jatuh di dekapan orang yang tua atau takut mengompol di tempat umum.
3. Situasi-situasi tersebut hampir selalu memicu rasa takut atau cemas secara langsung.
4. Situasi-situasi tersebut secara aktif dihindari oleh penderita dan membuatnya membutuhkan keberadaan orang yang dikenal
5. Penderita memendam kondisinya meski merasakan ketakutan atau kecemasan yang intens
6. Penyebab rasa cemas atau takut bukanlah ancaman yang benar-benar terjadi
7. Rasa cemas, takut, atau sikap menghindar terus berlangsung selama enam bulan atau lebih
8. Rasa takut, cemas, atau sikap menghindar mengganggu kehidupan penderita, baik secara sosial, pekerjaan, dan lainnya.
9. Jika penderita didiagnosis mengalami kondisi medis tertentu, rasa takut, cemas, dan sikap menghindarnya muncul secara berlebihan.
10. Rasa takut, cemas, atau sikap menghindar yang tidak berkaitan dengan gejala gangguan mental lain.
Misalnya, fobia secara spesifik atau tergantung situasi, gangguan kecemasan sosial, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder), post-traumatic disorder, atau separation anxiety disorder.
Baca: Fobia Sosial (Social Anxiety Disorder)
Baca: Body Dysmorphic Disorder
Baca: Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Penyebab
Hingga sekarang, penyebab agorafobia belum diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa faktor yang diduga bisa memengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Beberapa faktor risiko agorafobia tersebut meliputi:
• Pengidap agorafobia umumnya masih anak-anak, tapi juga bisa mulai terjadi pada akhir remaja atau awal dewasa sebelum usia 35 tahun.
• Jenis kelamin perempuan. Kaum hawa lebih berisiko untuk mengalami agorafobia daripada pria.
• Mengalami gangguan panik atau fobia lain.
• Menanggapi serangan panik dengan takut dan sikap menghindar yang berlebihan.
• Mempunyai sikap mudah cemas atau gugup.
• Memiliki anggota keluarga dengan gangguan sejenis.
• Memiliki pengalaman traumatis di masa kecil, seperti kematian orang tua atau pelecehan seksual.
• Mengalami peristiwa yang membuat stres, seperti kehilangan orang yang dicintai, perceraian, atau kehilangan pekerjaan.
• Memiliki riwayat penyakit mental, seperti depresi, anoreksia, atau bulimia
• Menyalahgunakan alkohol atau narkoba.
• Sedang mengalami hubungan yang toksik.
• Takut menjadi korban kejahatan atau serangan teroris jika keluar rumah.
• Takut tertular penyakit mematikan jika berkerumun.
• Takut melakukan sesuatu yang memalukan di depan orang lain.
Pengobatan
Cara mengobati agorafobia dapat ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala maupun kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Penanganan yang dapat dianjurkan oleh dokter bisa berupa:
Salah satu jenis psikoterapi yang efektif dalam menangani agorafobia adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT). Terapi ini dapat membantu penderita untuk mempelajar beberapa hal berikut:
• Mengidentifikasi hal-hal yang memicu dan memperparah gejala serangan panik.
• Mengetahui cara mengatasi dan mentoleransi gejala-gejala yang muncul.
• Mengenali cara menghadapi pemikiran yang memicu rasa cemas.
• Mengubah perilaku yang tidak sehat dengan teknik desentisisasi atau terapi paparan (exposure therapy).
Terapi ini menempatkan penderita pada situasi atau kondisi memicu rasa takut dan cemas, namun dengan pengawasan dari ahli sehingga tetap aman.
Dokter umumnya memberikan beberapa obat di bawah ini untuk penderita agiorafobia:
• Antidepresan
Obat antidepresan yang dapat diresepkan berupa selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Contohnya, fluoxetine dan sertraline.Obat ini digunakan untuk mengobati pasien agorafobia akibat gangguan panik.
• Anticemas
Jenis obat anticemas yang biasanya diberikan oleh dokter adalah benzodiazepine. Obat ini berfungsi meredakan kecemasan akut dan hanya boleh digunakan untuk jangka pendek karena berpotensi memicu ketergantungan.
Jika mengalami agorafobia, beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan:
• Mematuhi penanganan yang diberikan oleh dokter
• Mengelola stres, misalnya mempelajari teknik relaksasi (seperti meditasi dan yoga)
• Menghindari rokok, alkohol, kafein, dan narkotika
• Berbagi cerita dengan orang-orang terdekat mengenai masalah yang dialami
• Bergabung dalam support group agar dapat saling berdiskusi dan mendukung sesama pengidap agorafobia
• Menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, cukup istirahat, dan teratur berolahraga
• Jangan terus menghindari situasi atau tempat yang memicu cemas maupun takut, dan hadapilah secara bertahap
Baca: Fobia Sosial (Social Anxiety Disorder)
Baca: Fobia
Pencegahan
Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, cara mencegah agorafobia juga belum tersedia.
Agorafobia dan kecemasan biasanya akan meningkat saat penderita terus-menerus menghindari situasi yang ia takuti.
Karena itu, penderita sebaiknya berusaha untuk tetap mendatangi tempat atau situasi yang membuatnya takut serta cemas.
Dengan begitu, penderita perlahan-lahan mampu mengalahkan rasa takut maupun cemas yang menderanya.
Namun lakukan langkah ini dengan hati-hati. Jika merasa kesulitan, penderita dapat meminta bantuan dari keluarga atau orang terdekat untuk menemani.
Baca: Enochlophobia
Baca: Megalophobia