Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif , melalui TV pemerintah, mengatakan Iran akan membalas dendam kepada Israel atas insiden ini.
Laman Nournews menyebutkan orang yang menyebabkan listrik padam di salah satu pabrik pengayaan uranium di Natanz telah diketahui.
"Langkah-langkah yang diperlukan sedang diambil untuk menangkap pelakunya," demikian laman itu melaporkan.
Namun, Nournews tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai identitas pelaku.
Dilansir dari Reuters, insiden di Natanz terjadi di tengah usaha diplomatik yang dilakukan oleh Iran dan AS untuk memulihkan perjanjian nuklir tahun 2015 dengan negara-negara besar.
Baca: Pemukim Israel Makin Brutal, Serang Warga Palestina yang Melawan saat Tanahnya Dicaplok Israel
Perjanjian itu ditentang oleh Israel. AS di bawah Donald Trump juga meninggalkan perjanjian itu tiga tahun silam.
Pekan lalu, Iran dan negara-negara besar menggelar pembicaraan untuk memulihkan perjanjian tersebut.
Perjanjian itu juga telah dilanggar oleh Iran, yang tidak mematuhi ketentuan pembatasan pengayaan uranium.
Otoritas Iran sempat menyatakan insiden di Natanz sebagai tindakan "terorisme nuklir" dan Teheran berhak mengambil tindakan terhadap pelakunya.
Pada hari Senin, Menlu Iran dengan tegas menyalahkan Israel.
"Para Zionis ingin membalas dendam karena kemajuan kita dalam menghilangkan sanksi ... Mereka dengan terbuka mengatakan tidak akan mengizinkan in terjadi," kata Zarif melalui TV pemerintah.
Baca: Dulu Jadi Sekutu Dekat AS di Era Trump, Kini PM Israel Belum Pernah Dihubungi Joe Biden, Diremehkan?
"Namun, kita akan membalas dendam terhadap para Zionis."
Sejumlah media Israel telah mengutip sebuah sumber intelijen yang menyebutkan mata-mata Mossad berhasil melakukan operasi sabotase di komplek Natanz yang berada di bawah tanah.
Israel belum memberikan komentar resmi atas insiden ini
Insiden lain juga pernah terjadi di Natanz pada Juni tahun lalu, yakni sebuah ledakan.
Iran, meski tidak secara terang-terangan, menduga Israel berada di balik insiden tersebut.
Menteri Pertahanan Israel, Benny Grantz, menyangkal adanya keterkaitan Israel atas ledakan di fasilitas nuklir Iran di Natanz, Iran, pekan lalu.
Dilansir dari The Guardian, (6/7/2020, Iran mengatakan ledakan ini telah menyebabkan kerusakan besar.
Insiden itu juga dianggap dapat memperlambat produksi centrifuge canggih, teknologi yang disebut oleh Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai ancaman.
Dengan demikian, Iran mencurigai adanya serangan yang disengaja terhadap fasilitas itu.
Pejabat di kabinet Israel akhirnya angkat bicara terkait rumor tersebut pada Minggu, (5/7/2020).
Baca: Israel Minta Biden Tak Cabut Sanksi ICC Era Trump: Takut Invasi ke Palestina Jadi Kejahatan Perang
Benny Grantz dan Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi menyatakan tidak ada peran orang Israel dalam insiden tersebut, termasuk kasus kebakaran di pembangkit listrik Iran.
"Tidak setiap insiden yang terjadi di Iran terkait dengan kami," kata Grantz kepada Radio Israel pada Minggu Pagi.
"Semua sistem itu rumit, mereka memiliki banyak pengecekan keamanan tingkat tinggi dan aku tidak yakin [Iran] selalu paham bagaimana cara mengurus sistem itu."
Mengenai Natanz, Ashkenazi berkata dalam sebuah forum di Jerusalem bahwa Israel memiliki kebijakan jangka panjang yang tidak membolehkan Iran mendapatkan senjata nuklir.
"Lebih baik tidak menyebut tindakan-tindakan kita terhadap Iran," kata dia menambahkan.
Sementara itu, para pakar mengatakan setidaknya beberapa insiden adalah kecelakaan yang disebabkan oleh perawatan buruk terhadap infrastruktur itu.
Namun, setidaknya ada dua insiden yang terjadi di fasilitas strategis, yakni ledakan pada 26 Juni 2020 di fasilitas yang diduga sebagai tempat produksi misil di timur Iran, dan kebakaran atau ledakan di Natanz.
Gambar satelit yang baru saja diterbitkan memperlihatkan bahwa kerusakan di fasilitas nuklir Natanz jauh lebih besar daripada yang sebelumnya dikatakan.
Pihak berwenang Iran mengatakan api muncul dari "gudang industri" di fasilitas nuklir itu, tetapi pakar AS dan Eropa mengatakan itu tampaknya adalah tempat pengembangan centrifuge
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan kepada dewan PBB pada Kamis bahwa centrifuge canggih Iran bisa membuat negara itu memperkaya uranium ip sampai 50 kali lebih cepat daripada saat ini.
Teheran mengumumkan sedang membangun centrifuge canggih yang bisa memperkaya uranium ke level senjata dengan lebih cepat setelah pemerintahan Trump menarik perjanjian nuklir dengan Iran dan mengenakan sanksi ekonomi terhadap negara itu.
Baca berita lainnya tentang Iran di sini.