Fadil mengatakan, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Bekasi dan Condet menggunakan kata 'takjil' untuk merujuk pada bom.
"Mereka mengistilahkan (bom) dengan istilah takjil. Setelah dicampurkan akan menghasilkan bom dengan ledakan besar," ujar Fadil.
Tim Densus 88 menemukan lima bom rakitan dari empat terduga teroris tersebut.
Kelimanya memiliki bahan peledak yang cukup untuk membuat 70 bom pipa.
"TATP (triacetone triperoxide) dari lima bom toples dengan berat 3,5 kg itu diperkirakan dapat membuat sekitar 70 bom pipa,"
Selain itu, lanjut Fadil, polisi juga menemukan lima bom aktif yang siap diledakkan.
"Ada lima bom aktif yang sudah terkait dalam bentuk kaleng dengan sumbu," ungkap dia.
Diketahui TATP adalah bahan kimia yang sangat mudah terbakar dan tergolong "high explosive" atau berdaya ledak tinggi.
Peran keempat terduga teroris Empat terduga teroris inisial ZA (37), BS (43), AJ (46) dan HH (56) berperan mulai dari penyedia dana dan pembuat bom.
"Peran penting HH. Dia yang merencanakan bersama ZA. Hadir dalam pertemuan amaliah. Kemudian membiayai dan mengirimkan video teknis pembuatan kepada 3 tersangka lain," beber Fadil.
Baca: Polisi Tangkap Pengemudi Ojek Online Terduga Teroris di Tangerang Selatan
Baca: Fakta-fakta Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar: Sering Tegur Ibunya saat Lakukan Ritual Adat
Adapun peran ZA adalah membeli bahan baku bom setelah menerima kucuran dana.
Dia juga yang membuat bom bersama BS.
Kemudian AJ membantu ZA selama pembuatan bahan peledak.
Fadil mengungkapkan, penangkapan keempat terduga pelaku merupakan buntut adanya ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.
"Berawal dari adanya bom di Katedral Makassar. Bapak Kapolri kemudian memerintahkan agar seluruh jajaran meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya dan ancaman teror," kata Fadil.
Dalam kasus ini, Densus 88 beserta jajaran Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya juga turut menyita sejumlah atribut FPI.
Beberapa atribut FPI yang disita antara lain jaket berwarna hijau, bendera, dan sejumlah buku.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran membenarkan bahwa penggerebekan teroris ini ada kaitannya dengan FPI.
"Iya termasuk itu (terkait dengan FPI)," kata Fadil di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (29/3/2021).
Menurut Fadil, polisi akan mendalami lagi keterlibatan FPI dalam rencana teror yang dilakukan empat tersangka.
"Jika ada keterkaitan, itu kan temuan awal. Nanti akan didalami oleh teman-teman Densus 88," ujar dia.
Keempat tersangka dijerat Pasal 15 Jo Pasal 7 dan atau Pasal 9 UU Nomor 5 tahun 2018 tentang terorisme dengan ancaman hukuman minimal 15 tahun penjara.
Baca: Polisi Temukan Atribut FPI saat Gerebek Rumah Terduga Teroris
Baca: Empat Orang Terduga Teroris di Bima NTB Ditangkap Densus 88, Diduga Berkaitan dengan Bom di Makassar
Adapun ledakan bom bunuh diri di depan gerbang Katedral Makassar terjadi pada Minggu (28/3/2021) pagi.
Dua pelaku yang merupakan pasangan suami-istri tewas.
Akibat serpihan bom, puluhan orang luka-luka di wajah, leher, perut, tangan, dan kaki. Pelaku laki-laki adalah L, sedangkan pelaku perempuan adalah YSF.
Keduanya dinikahkan oleh terduga teroris bernama Rifaldy, yang merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Rifaldy juga diduga terkait aksi serupa di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan.
L sempat meninggalkan surat wasiat untuk orangtuanya.
Dalam surat itu, L berpamitan kepada orangtuanya dan mengaku siap mati syahid.
Baca artikel lain mengenai tindakan terorisme di sini.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Terkuak Kata Sandi Bom Bermakna Ledakan Besar Hingga Temuan TATP di Condet dan Bekasi