Hasil Survei: Pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 Lebih Bersedia Divaksin Dibandingkan Pemilih Prabowo

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksin AstraZeneca. Sebagian besar pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 bersedia divaksin.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Berdasarkan hasil survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pemilih Presiden Joko Widodo dalam pilpres 2019 lebih bersedia disuntik vaksin Covid-19 dibandingkan dengan pemilih Prabowo Subianto.

Dirilis pada Senin, (29/3/2021), hasil survei itu menunjukkan sebanyak 71 pemilih Jokowi bersedia divaksin.

Sementara itu, jumlah pemilih Prabowo yang bersedia disuntik vaksin hanya 46 persen.

Hal ini dikatakan oleh Direktur Riset SMRC Deni Irvani, Senin (23/3/2021).

Mayoritas masyarakat bersedia divaksin dengan vaksin AstraZeneca

Deni Irvani mengungkapkan mayoritas masyarakat bersedia untuk disuntik vaksin AstraZeneca meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa vaksin tersebut haram.

"Ada sekitar 38 persen warga secara nasional yang tahu Vaksin AstraZeneca-Oxford. Dari yang tahu, 55 persen pernah mendengar MUI menyatakan vaksin itu haram namun boleh digunakan. Dan dari yang pernah mendengar pernyataan MUI tersebut, sekitar 53 persen bersedia divaksin dengan AstraZeneca-Oxford, 34 persen tidak bersedia, dan 14 persen tidak menjawab," kata Deni Irvani.

Dalam foto file ini diambil pada tanggal 09 Maret 2021, seorang pekerja medis memegang botol vaksin AstraZeneca / Oxford Inggris-Swedia selama kampanye vaksinasi di Museum Nasional Sains dan Teknologi Leonardo Da Vinci, yang saat ini menjadi tuan rumah acara antivirus.  (Miguel MEDINA / AFP)

SMRC menyatakan minat warga untuk melakukan vaksinasi dengan AstraZeneca-Oxford ini (53 persen) relatif lebih rendah dibanding minat terhadap vaksinasi secara umum (62 persen).

Namun mayoritas warga masih bersedia divaksin AstraZeneca.

Khusus warga muslim, survei menunjukkan ada sekitar 36 persen warga muslim yang tahu Vaksin AstraZeneca-Oxford.

Dari yang tahu, 53 persen pernah mendengar MUI menyatakan vaksin itu haram namun boleh digunakan.

"Dan dari yang pernah mendengar MUI menyatakan haram, yang bersedia divaksin dengan AstraZeneca-Oxford 52 persen, 40 persen tidak bersedia, dan 8 persen tidak menjawab," ucapnya.

SMRC menggelar survei lewat metode wawancara tatap muka pada 23-26 Maret 2021 kepada 1.401 responden yang dipilih secara acak. 

Margin of error survei diperkirakan sekitar 2,7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.

Jubir Wapres: Vaksin AstraZeneca boleh digunakan

Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi, menyebut Wapres Ma'aruf Amin sudah menegaskan bahwa vaksin covid-19 AstraZeneca boleh digunakan secara agama.

Oleh karena itu, Masduki meminta masyarakat tidak lagi mempermasalahkan halal atau haramnya vaksin AstraZeneca.

Seorang perawat memegang dosis vaksin Oxford-AstraZeneca COVID-19 di komunitas Nossa Senhora Livramento di tepi Rio Negro dekat Manaus, negara bagian Amazonas, Brasil pada 9 Februari 2021. (MICHAEL DANTAS / AFP)

Masyarakat, kata dia, tidak perlu ragu dalam menggunakan vaksin tersebut.

Selain itu, sudah ada yang menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca halal.

Diberitakan sebelumnya, Majelis Ulama Islam (MUI) Jawa Timur menyatakan vaksin AstraZeneca hukumnya halal.

"Kalau garis besar kata wapres, wapres sudah menegaskan bahwa AstraZeneca sudah sebaiknya tak lagi bicara haram dan halal, itu sudah selesai, karena masalahnya itu tidak ada di situ masalahnya itu sudah boleh, secara agama sudah boleh dan masyarakat tidak perlu ragu lagi. Apalagi kalau ada yang menyatakan AstraZeneca itu halal maka kebolehannya bertambah," kata Masduki, Rabu (24/3/2021), dikutip dari Kontan.

Dia pun berpendapat, dibandingkan mempersoalkan halal dan haram vaksin ini, dia meminta agar masyarakat fokus pada tercapainya kekebalan kelompok (herd immunity) hingga pada upaya agar herd immunity tersebut tercapai.

"Anglenya itu justru bagaimana kita, karena sudah boleh, kapan bisa tercapai herd immunity, kapan ketersediaan vaksin bisa segera terwujud, lalu langkah-langkah percepatannya seperti apa, bagaimana melibatkan tokoh masyarakat, distribusinya, logistiknya," ujarnya.

Adapun, dia menyebut bahwa saat ini ulama-ulama di Jawa Timur hingga pesantren-pesantren sudah melakukan vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin AstraZeneca.

"Bahkan MUI punya rencana untuk bagaimana agar lakukan vaksinasi dengan menggunakan AstraZeneca, untuk menunjukkan tidak ada masalah di situ. Tidak ada masalah di soal haram dan halal, sudah selesai," katanya.

MUI Jatim: Vaksin AstraZeneca halal

Sementara itu, MUI Jawa Timur menjelaskan bahwa penggunaan vaksin AstraZeneca halal dan suci untuk proses vaksinasi covid-19.

Keputusan tersebut berdasarkan hasil musyawarah Ahli Fiqih dan Pakar di Jawa Timur.

Dalam konferensi pers di Kantor MUI Jawa Timur, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca dapat digunakan untuk vaksinasi warga di masa pandemi corona saat ini.

Keputusan tersebut didasarkan bahwa penggunaan tripsin babi dalam vaksin AstraZeneca yang telah diolah, artinya berubah bentuk dan fungsi maka halal dan suci untuk digunakan.

(Tribunnewswiki/Tyo/Tribunnews/Srihandriatmo Malau/Kontan/Lidya Yuniartha)

Baca berita lainnya tentang vaksin Covid-19 di sini.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pemilih Jokowi di Pilpres 2019 Lebih Mau Divaksin Dibanding Pemilih Prabowo dan Kontan.co.id dengan judul "Jubir wapres: Tak perlu lagi menyoal halal-haram vaksin Astrazeneca"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer