Disebut Bakal Jadi Syarat Penumpang Pesawat, Tes GeNose Dinilai Belum Efektif Deteksi Covid-19

Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tes GeNose Covid-19 Dilayani di Beberapa Stasiun Kereta Api

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemeriksaan Gajah Mada Electric Nose Covid-19 atau GeNose C19 kini diperbolehkan untuk menjadi syarat penumpang pesawat.

Sebelumnya, pemerintah memberlakukan pemeriksaan GeNose untuk perjalanan dengan menggunakan kereta api antarkota.

GeNoSe C19 merupakan alat buatan Universitas Gadjah Madauntuk mendeteksi virus corona melalui hembusan napas.

Alat ini telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan Nomor Kemenkes RI AKD 20401022883.

Meski demikian, efektivitas alat tersebut masih diragukan.

Baca: Tes GeNose Resmi Jadi Syarat Naik Kereta Api Jarak Jauh pada 26 Januari - 8 Februari 2021

Baca: PT KAI Akan Gunakan GeNose untuk Pengecekan Covid-19 Mulai 5 Februari

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, GeNose C19 belum bisa menggantikan pengecekan Covid-19 yang sudah ada.

Sebab, alat ini masih dalam fase eksperimental.

"Jadi janganlah diklaim bahwa alat ini bisa menggantikan tes-tes yang sudah valid. Kalau menurut saya, alat ini masih fase eksperimental, belum selesai, jadi masih belum meyakinkan," kata Pandu kepada Kompas.com, akhir Januari.

Menurut dia, GeNose C19 berusaha mendeteksi volatile organic compunds (VOC) yang dikeluarkan dari mulut dan kerongkongan orang yang diduga terinfeksi Covid-19.

Uji coba alat deteksi GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat (23/1/2021). (Dok. kai.id)

Metode tidak langsung ini, menurut Pandu, belum efektif untuk mendeteksi apakah orang tersebut telah terinfeksi virus SARS-CoV-2 atau tidak.

Sebab, volatile organic compunds yang keluar dari kerongkongan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penyakit saluran napas, makanan, dan rokok. "Volatile organic compounds ini kan kalau dari mulut kita banyak sekali pengaruhnya," ujar Pandu.

Sementara itu, ahli epidemiologi dan peneliti pandemi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, GeNose sebaiknya digunakan di rumah sakit, atau bukan di stasiun transportasi umum.

"Berbasis dari risetnya sendiri, mesinnya (GeNose) sudah dimodifikasi dalam realita kondisi rumah sakit. Tentu rumah sakit dan populasi umum itu berbeda," kata Dicky kepada Kompas.com akhir Januari.

Baca: GeNose C-19 (Alat Deteksi Covid-19)

Baca: Daftar Stasiun yang Sudah Menyediakan Layanan GeNose C-19, Tarif Rp20.000

Dicky lantas menyebutkan, ada beberapa alasan kenapa alat GeNose yang ada di Indonesia saat ini sebaiknya tidak dipergunakan di stasiun transportasi umum tetapi lebih baik dipergunakan di rumah sakit atau puskesmas.

Pertama, pertimbangan basis riset dan populasi.

Dicky mengatakan, jika penggunaan alat GeNose direncanakan dipakai di sarana publik ataupun transportasi umum, itu artinya target populasi masyarakat umum.

Sementara itu, sejak awal target populasi dari riset yang dilakukan terhadap alat GeNose adalah orang yang berisiko rentan terinfeksi Covid-19, yaitu populasi di pelayanan kesehatan.

"Dan ini ditambah lagi dengan kondisi di mana di (uji klinik) fase 2-nya itu pun, tetap dilakukan di lingkungan kasus atau potensi positifnya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi populasi umum, yang di sini menjadi dalam lagi terkait clash in balance (perselisihan keseimbangan riset dan penerapan lapangan)-nya antara positif dan negatif," papar dia.

Hal ini dikarenakan, di populasi umum, tentu partisipan yang positif justru lebih sedikit dibandingkan dengan yang di rumah sakit.

Sebab, umumnya saat ini orang yang di rumah sakit, mereka sudah melakukan cek terlebih dahulu apakah mereka membawa atau terinfeksi virus atau tidak.

Halaman
12


Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer