Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari Payung adalah tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.
Gerakan dari Tarian ini melambangkan atau menggambarkan tentang kasih sayang sepasang kekasih.
Sesuai dengan namanya, tarian ini dilakukan dengan menggunakan payung sebagai media atau instrumen pelengkap sehingga memiliki keunikan.
Tari Payung dimainkan oleh beberapa penari yang saling berpasangan antara laki-laki dan perempuan.
Dalam pertunjukan tari payung biasanya dimainkan oleh 3-4 pasang penari laki-laki dan perempuan.
Tarian ini mencerminkan pergaulan muda mudi, sehingga penggunaan payung ini bertujuan untuk melindungi mereka dari hal yang negatif.
Tari Payung biasa dibawakan pada saat pembukaan suatu acara pesta, pameran atau bentuk kegiatan yang lainnya berhubungan dengan kebudayaan suku minangkabau. [1] [2]
Baca: Tari Musyoh
Sejarah
Walau tidak bisa dipastikan mengenai bagaimana asal mula tarian ini, namun ada sejarah yang dianggap valid, menggambarkan perkembangan Tari Payung.
Sejarah ini erat kaitannya dengan kesenian drama pada era penjajahan Belanda (Toonel).
Tarian payung kemudian dipentaskan untuk melengkapi Toonel sebagai selingan antar babak dalam rangkaian dramanya.
Barulah tarian ini kian dikenal dan memperoleh sambutan positif dari masyarakat Bukittinggi pada tahun 1920-an.
Muhammad Rasyid Manggis-lah, pencipta tatanan tari yang dalam kali pertamanya pada sekitar tahun 1920-an, melakukan penataan untuk tarian khas Minangkabau ini ke bentuk tari teater.
Yang berikutnya dilanjutkan oleh teman seangkatannya di Normal School Bukittinggi, yakni Sitti Agam, dengan mengusung tema pergaulan muda-mudi dalam tata koreografinya.
Kisah dalam tarian ini mencakup liburan pasangan muda-mudi ke Sungai Tanang (sebuah pemandian di Bukittinggi).
Ceritanya disesuaikan baik-baik agar menggambarkan kehidupan remaja perkotaan yang lepas dari pemberlakuan aturan adat.
Larangan yang pernah berlaku terhadap wanita agar tidak berkegiatan di luar Rumah Gadang menginspirasi pembentukan Serikat Kaum Ibu Sumatra (SKIS) pada tahun 1924.
Sitti Agam bahkan memimpin salah satu majalah pada masa itu.
Ia ingin menggapai tujuan yang berkaitan dengan derajat kaum wanita, tak terkecuali melalui kesenian.
Salah seorang mantan murid Sitti Agam, Damir Idris, menuturkan betapa gurunya adalah sosok wanita Minangkabau yang terhormat, sebab menjadi yang kali pertama menari di atas panggung.
Ditambah lagi, penata Tari Payung pertama sekaligus yang turut membawakannya ke Toonel sebagai sutradara adalah Sitti Agam sendiri.
Sebuah catatan dalam sejarah pemisahan antara lelaki dan perempuan di semua lini kegiatan seni, tak terkecuali penontonnya. [3]
Baca: Tari Moyo
Gerakan
Gerakan dari tari payung ini diibaratkan sebagai gerakan “siganjua lali, pada suruik maju nan labiah. Lau tata ruang patah tigo, samuik tapijak indah mati” (pada surut maju yang lebih. Alu tata ruang patah tiga, semut terpijak tidak mati).
Kiasan ini dapat menggambarkan gerakan penari yang lemah lembut namun ada kekuatan dan ketajaman didalamnya.
Para penari cenderung melaksanakan gerakan serentak atau unisan dalam jumlah genap, contohnya enam orang, sehingga dapat membuatnya nampak teratur dan melaksanakan gerakan yang sama.
Gerakan tari ini terlihat ringan dan tidak terikat pada sebuah aturan yang rumit.
Melalui gerakannya, tarian ini termasuk ke dalam kombinasi tarian Minangkabau dan Melayu.
Para penari laki-laki menyisipkan gerakan pencak silat, selainitu juga gerak khas melayu, misalnya lenggak, joget dan lenggok. [4]
Baca: Tari Caci
Busana
Busana yang digunakan oleh penari perempuan adalah pakaian khas adat melayu minang.
Pakaian adat tersebut terdiri dari baju kurung (kebaya), kain songket sebagai bawahan, dan hiasan kepala berupa mahkota keemasan.
Sedangkan kostum penari pria berupa baju lengan panjang dan celan panjang satu warna lengkap dengan sarung songket dan kopiah khas melayu. [2]
Baca: Tari Andun
Baca: Tari Lilin
Pengiring
Elemen pengiring dalam tarian ini ada 2 jenis, yakni berupa tabuhan alat musik tradisional dan sebuah syair khusus.
Tabuhan dari alat musik yang digunakan dalam tarian ini berupa rebana, akordeon, gendang, dan gamelan khas melayu.
Alat-alat musik tersebut harus haruslah dimainkan sesuai dengan ritme dari tarian.
Adapun untuk syair yang digunakan dalam tarian ini adalah syair lagu "Babendi-bnedi ke Sungai Tanang".
Lagu tersebut berkisah tentang pasangan suami istri yang tengah berlibur dan berbulan madu ke sungai tanang.
Berikut ini adalah lirik lagu tersebut:
Babendi-bendi..
Ka sungai tanang
Aduhai sayang babendi-bendi
Ka sungai tanang aduhai sayang
Singgahlah mamatiak, singgahlah mamatiak
Bungo lambayuang
Singgahlah mamatiak, singgahlah mamatiak
Bungo lambayuang
Hati siapo indak ka sanang
Aduhai sayang
Hati siapo indak ka sanang
Aduhai sayang
Maliek rang mudo, maliek rang mudo
Manari payuang
Maliek rang mudo, maliek rang mudo
Manari payuang
Hati siapo indak ka sanang
Aduhai sayang
Hati siapo indak ka sanang
Aduhai sayang
Maliek si Nona, maliek si Nona
Manari payuang
Maliek si Nona, maliek si Nona
Manari payuang [4]
Baca: Tari Pendet