Kabar terbaru, dua demonstran tewas ketika polisi Myanmar menembaki massa penentang pemerintahan militer pada Minggu (21/3/2021) kemarin.
Satu orang ditembak mati dan beberapa terluka ketika polisi menembaki kelompok yang membuat barikade di kota pusat Myonwa.
Hal itu dituturkan seorang dokter di sana, saat kelompok masyarakat mengeluarkan seruan di Facebook untuk donor darah, seperti melansir Reuters melalui Tribunnews.com.
Kemudian, satu orang tewas dan beberapa terluka ketika pasukan keamanan menembaki kerumunan di kota kedua Mandalay, melansir portal berita 'Myanmar Now'.
Menurut tokoh-tokoh dari Kelompok Aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebanyak 249 orang hingga kini terbunuh sejak kudeta.
Myanmar telah mengalami kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih yang dipimpin oleh penerima nobel perdamaian Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu, mengakhiri 10 tahun reformasi demokratis.
Baca: Ali Mochtar Ngabalin Ikut dalam Kunker Edhy Prabowo ke Hawaii, Ternyata Punya Jabatan Penting di KKP
Baca: Jadi Menu Buka dan Sahur Kesukaan Nabi Muhammad SAW, Simak Sejarah dan Manfaat Kurma bagi Kesehatan
Baca: Jangan Ulangi Lagi, Ini Bahaya Jika Mencuci Daging Ayam Mentah dan Telur Sebelum Dimasak
Tindakan brutal penuh kekerasan aparat keamanan itu telah memaksa banyak warga untuk memikirkan cara-cara baru untuk menyatakan penolakan mereka terhadap kembalinya militer ke pemerintahan sipil.
Pengunjuk rasa di sekitar 20 tempat di seluruh Myanmar pun menggelar aksi protes dengan menyalakan lilin pada malam hari selama akhir pekan.
Hal itu dilakukan dari kota utama Yangon hingga komunitas kecil di Negara Bagian Kachin di utara, kota Hakha di barat dan kota paling selatan Kawthaung, menurut sejumlah laporan di media sosial.
Ratusan orang di kota kedua Mandalay, termasuk banyak tenaga medis dengan mantel putih, berbaris dalam "aksi protes Fajar" sebelum matahari terbit pada hari Minggu, video yang diposting kantor berita Mizzima menunjukkan.
Para demonstran di beberapa tempat turut bergabung bersama para biksu Buddha yang menyalakan lilin.
Sementara itu, beberapa orang membentuk lilin dengan simbol aksi protes tiga jari.
Baca: Merespons Pemerintah China, Elon Musk Siap Tutup Tesla Jika Terbukti Mata-matai Negara Tirai Bambu
Baca: Meski Berkhasiat, Orang dengan 4 Penyakit Ini Dilarang Mengonsumsi Daun Salam
Hampir 20 aksi protes digelar semalam di seluruh negeri, dari kota utama Yangon hingga komunitas kecil di Negara Bagian Kachin di utara dan kota paling selatan Kawthaung, menurut sejumlah postingan di media sosial.
Di Yangon, aparat keamanan bergerak cepat untuk membubarkan aksi protes.
"Sekarang mereka membubarkan aksi protes malam kami. Granat kejut ditembakkan terus-menerus," tulis satu pengguna Facebook.
“Delapan orang ditahan,” kata seorang penduduk di daerah itu.
Juru bicara junta militer tidak berkomentar, tetapi sebelumnya mengatakan aparat keamanan telah menggunakan kekuatan keras, hanya bila perlu.
Setidaknya empat orang tewas dalam insiden terpisah sebelumnya pada hari Sabtu.
Sehingga korban tewas meningkat sejak kudeta menjadi 247 orang, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Baca: Menkumham Minta Demokrat Kubu Moeldoko Lengkapi Berkas KLB Deli Serdang, Diberi Waktu Seminggu
Baca: Tiga Kali Menangkan Kids Choice Awards, BTS Cetak Rekor Baru di Guinness World Records
Polisi Menembaki Demonstran di Monywa